Oleh: Taufik Abriansyah (wartawan senior)
Gowes dari Cimahi ke Papua memasuki hari ke-13. Pagi ini saya dibangunkan oleh suara murottal, mengaji Al Qur’an dari speaker masjid. Sekitar jam 03.30. Bukan live, tapi suara rekaman. Juz 30.
Saya segera bangun. Duduk sebentar memeriksa barang bawaan barangkali ada yang tidak ada di tempat. Alhamdulillah aman. Saya beranjak ke kamar mandi, cuci muka dan ambil wudhu.
Di sini subuhnya lebih cepat dibanding di Cipageran. Sekitar jam 04.15. Jamaah mulai berdatangan. Para musafir yang ada di ruang belakang pun mulai menyimpan kembali kasur yang sudah dipakai. Tinggal bocil perempuan yang dibiarkan asyik menikmati tidur.
Usai shalat Subuh saya berpindah duduk di kursi yang ada di halaman. Sebagian jamaah masih bertahan di ruang utama untuk mendengarkan kultum. Saya ikut mendengarkan dari speaker sambil menikmati kopi dan kue pia bekal dari anak saya : Geminastiti.
Tema kultum Subuh ini agak tidak biasa : tentang tokoh Aceh Hasan Cik Ditiro. Cicit pahlawan nasional Teuku Cik Ditiro. Khotib menyampaikan tema ini untuk menguatkan sikap kebangsaan kita.
Ada hal konyol terjadi saat saya nyeduh kopi. Saya salah ambil air. Termos yang saya pilih ternyata berisi air teh. Alhasil kopi pagi saya ini rasanya campur aduk. Kopi rasa teh.