TERASJABAR.ID—Forum profesor Kota Bandung gelar diskusi terkait catatan kritis akhir tahun dan proyeksi 2026 Kinerja Wali Kota Bandung.
.
Catatan kritis diinisiasi Indonesian Politics & Research Consulting (IPRC), menampilkan guru besar dari berbagai Perguruan Tinggi di.Hotel Grandia Jalan Cihampelas, Senin (15/12/2025 ) petang.
Para guru besar diantaranya Dr Pius Surahman menilai menjadi Walikota itu sangat sulit jika tidak ada kolaborasi karena wali kota tidak bisa bekerjasa sendiri mengatasi masalah Kota Bandung.
Guru besar lainnya, Prof Pius , Prof Dr Cecep Darmawan, Prof Harun Al Rasyid ,prof Muradi , prof Dr Fauzan Ali Rasyid dan Dr Mas Putra Zenno, menyampaikan bahwa masalah di Kota Bandung adalah kemacetan, sampah ,parkir banjir dan korupsi yang tidak pernah tuntas.
Menurut para guru besar untuk mengatasi masalah Kota Bandung harus ada kolaborasi dengan semua kalangan termasuk dengan Perguruan tinggi.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan diminta mampu memperbaiki.citra dan.mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah karena para kepala dinas, sekda dan kepala daerah masuk penjara terlibat korupsi.
Sementara itu Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Prof. Muradi berharap Pemerintah Kota Bandung khususnya Wali Kota bisa bekerjasama dengan Perguruan Tinggi mengatasi masalah Kota Bandung yang tak.pernah tuntas.
.
Muradi menilai, selama ini kampus memiliki dewan profesor dan guru besar, namun belum terhubung secara nyata dengan kebutuhan teknis pemerintah daerah. Akibatnya, gagasan akademik kerap berhenti di level wacana, tanpa benar-benar menjadi solusi konkret bagi persoalan kota
Muradi juga mengingatkan agar tongkat wali kota dikendalikan sendiri, tidak diberikan kepada orang lain untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Menurut Muradi evaluasi akhir tahun,i kepemimpinan Wali Kota Bandung masih terlalu dini untuk dinilai secara utuh karena baru sembilan bulan bekerja. . Namun, secara umum arah kebijakan masih “on the track”. .
Muradi memberikan catatan agar ada , kejelasan program prioritas dan fokus pembangunan tidak terpecah, penguatan koordinasi internal dan yang paling krusial, membuka ruang kolaborasi yang lebih teknis .
Sedangkan Wali Kota Bandung: Bandung Muhammad Farhan mengaku.merasa senang mendapat masukan dan kritik dari para guru besar Perguruan tinggi.
“Saya lebih senang dikritik daripada di Pemkot dipuji puji bikin lupa diri, lebih baik dapat masukan untuk memperbaiki diri” ujarnya.
Menurut Farhan, ia sudah menunggu-nunggu mendapat kritik dan saran dari guru besar dan siapa pun karena itu menandakan mereka sayang terhadap Kota Bandung.
“Jika selama masih dikritik, artinya masih disayang. Kalau sudah tidak dikritik, artinya dicuekin. Wah, itu bahaya pisan,” ujar Farhan.
Farhan nenegssksn, butuh satu pandangan yang lebih clear, yang lebih objektif. Selama ini kan kalau di Pemerintahan Kota Bandung itu, pasti ada banyak kepentingan yang mesti kita akomodir dan ada banyak juga subjektivitas.
Terkait kolaborasi menurut Farhan secara kelembagaan, selalu melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi karena banyak pakar yang dibutuhkan untuk membangun Kota Bandung.***















