TERASJABAR.ID – Di tengah padatnya pemukiman dan gedung-gedung tinggi Kota Bandung, sebuah gerakan hijau tumbuh subur dari balik pekarangan rumah warga.
Gerakan ini bukan sekadar hobi berkebun biasa, melainkan sebuah revolusi pangan perkotaan yang kini dikenal luas dengan nama Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis). Di balik kesuksesan program yang telah diadopsi oleh ratusan kelompok tani ini, ada sosok inovator yang visioner: Ir. Gin Gin Ginanjar, M.Eng, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.
Lahir di Bandung pada 9 Desember 1966, Gin Gin Ginanjar adalah putra daerah yang memahami betul denyut nadi kotanya. Perjalanan akademisnya di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang diselesaikan pada tahun 1993, serta gelar Master of Engineering dari UIM IHE-DELFT Belanda tahun 2000, membekalinya dengan keahlian teknis yang mumpuni di bidang pangan dan manajemen perkotaan.
Sebelum memimpin DKPP, Gin Gin telah melanglang buana di berbagai posisi strategis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, mulai dari BAPPEDA, Setda, Dinas Pertamanan hingga Badan Kepegawaian. Pengalaman lintas sektoral inilah yang membuatnya mampu melihat tantangan ketahanan pangan bukan hanya dari sisi teknis pertanian, tetapi juga dari perspektif kebijakan publik dan pemberdayaan masyarakat.
Buruan SAE: Jawaban untuk Tantangan Kota Bandung sebagai kota metropolitan menghadapi fakta bahwa 96,42% kebutuhan pangannya dipasok dari luar daerah. Hal ini membuat kota sangat rentan terhadap inflasi dan gangguan distribusi. Berangkat dari kegelisahan ini, Gin Gin menginisiasi Buruan SAE sebagai strategi ketahanan pangan berbasis keluarga.
“Buruan SAE” sendiri diambil dari bahasa Sunda; Buruan berarti halaman atau pekarangan, sementara SAE adalah singkatan dari Sehat, Alami, dan Ekonomis.
Program ini bukan hanya soal menanam sayur, tetapi sebuah siklus pertanian terintegrasi yang melibatkan delapan aktivitas utama, mulai dari budidaya tanaman pangan, peternakan, perikanan, pengolahan sampah organik (kompos), hingga pengolahan hasil panen buruan sae menjadi produk yang lebih bernilai ekonomi.
Kini, lebih dari 555 kelompok tani telah mengadopsi model ini di berbagai penjuru Bandung.
Keberhasilannya tidak lepas dari penerapan nilai-nilai “BerAKHLAK” dalam birokrasi, di mana ASN berperan bukan sekadar sebagai regulator, melainkan aktor kunci dan pendamping yang turun langsung ke lapangan.
Dedikasi Gin Gin Ginanjar tidak hanya diakui di tingkat lokal, tetapi juga internasional. Di bawah kepemimpinannya, program Buruan SAE membawa Kota Bandung meraih pengakuan global di ajang Milan Pact Awards.
Tahun 2022: Meraih Special Mention untuk Kategori Produksi Pangan di Rio de Janeiro, Brazil.
Oktober 2025: Kembali meraih Special Mention untuk Kategori Food Waste.
Di tingkat nasional, ia pun dinobatkan sebagai Juara 1 PNS Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat Kategori Inovatif pada tahun 2023 dan terpilih sebagai finalis ASN Berprestasi Nasional pada 2024.
Berbagai penghargaan seperti Piala Pinunjul dari Bank Indonesia juga menjadi bukti nyata perannya dalam menekan inflasi melalui kemandirian pangan warga.
Visi Masa Depan
Bagi Gin Gin, Buruan SAE lebih dari sekadar program pemerintah; ini adalah gerakan budaya. Ia bercita-cita menjadikan Bandung sebagai kota yang tidak hanya cantik, tetapi juga tangguh dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Melalui kolaborasi pentahelix yang melibatkan akademisi, komunitas, pengusaha, hingga media, ia terus mendorong agar setiap jengkal lahan di Bandung bisa memberikan nilai manfaat bagi warganya.
Dengan kerendahan hati dan semangat melayani yang tinggi, Ir. Gin Gin Ginanjar telah membuktikan bahwa dengan inovasi yang tepat dan komitmen yang kuat, ketahanan pangan bukan lagi mimpi bagi masyarakat perkotaan.
Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari halaman rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
















