TERASJABAR.ID – Simpati dan empati merupakan bagian penting dari kecerdasan emosional yang mencerminkan kepedulian seseorang terhadap orang lain.
Keduanya kerap muncul ketika melihat atau menghadapi individu yang sedang mengalami kesulitan, meskipun cara meresponsnya berbeda.
Simpati merujuk pada kemampuan memahami bahwa orang lain tengah berada dalam situasi sulit tanpa harus ikut larut secara emosional.
Contohnya, ketika seorang teman kehilangan pekerjaan, Anda menunjukkan perhatian dengan menyampaikan rasa prihatin atau dukungan secara verbal.
Sementara itu, empati memiliki makna yang lebih mendalam. Empati adalah kemampuan merasakan dan memahami emosi orang lain seolah-olah Anda berada di posisi mereka.
Misalnya, saat teman sedang sakit, Anda tidak hanya menyampaikan keprihatinan, tetapi juga menjenguk, memberikan dukungan moral, atau membantu mencarikan solusi atas kebutuhannya.
Walau memiliki perbedaan, simpati dan empati sama-sama berperan penting dalam mempererat hubungan sosial, mengurangi potensi konflik, serta menciptakan komunikasi yang lebih sehat dan efektif, terutama dalam relasi dekat seperti keluarga, sahabat, maupun pasangan.
Untuk menumbuhkan kedua sikap ini, Anda dapat mulai dengan menyadari perasaan diri sendiri terhadap situasi orang lain, mendengarkan tanpa menghakimi, serta mencoba menempatkan diri pada sudut pandang mereka.
Selain itu, penting untuk tidak memotong pembicaraan atau langsung memberi nasihat jika tidak diminta.
Melatih mindfulness juga membantu meningkatkan kepekaan terhadap emosi sekitar, sementara tindakan sederhana seperti menawarkan bantuan dapat menunjukkan kepedulian nyata.
Namun, tidak semua orang mudah merasakan simpati dan empati. Faktor seperti trauma, pengalaman perundungan daring, atau gangguan kepribadian dapat memengaruhinya.
Dalam kondisi tersebut, berkonsultasi dengan psikolog dapat menjadi pilihan yang bijak.
Simpati biasanya tepat untuk situasi umum, sedangkan empati lebih sesuai dalam hubungan yang intim.
Meski demikian, empati yang berlebihan dapat memicu kelelahan emosional atau empathy fatigue, sehingga keseimbangan tetap diperlukan demi menjaga kesehatan mental.-***











