TERASJABAR.ID – Impotensi atau disfungsi ereksi tidak hanya berkaitan dengan masalah fisik semata, melainkan merupakan kondisi multifaktorial yang melibatkan sistem saraf, pembuluh darah, keseimbangan hormon, serta aspek psikologis.
Ereksi terjadi melalui proses yang saling terhubung, sehingga gangguan pada salah satu unsur tersebut dapat memengaruhi kemampuan pria untuk mempertahankan fungsi seksual secara optimal.
Oleh karena itu, memahami penyebab yang mendasarinya menjadi langkah penting sebelum menentukan penanganan yang tepat.
Salah satu faktor paling umum adalah proses penuaan.
Bertambahnya usia sering kali disertai penurunan fungsi ereksi, terutama jika dibarengi penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan jantung.
Selain itu, gaya hidup tidak sehat turut berperan besar.
Kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, serta penggunaan zat adiktif dapat menghambat aliran darah dan merusak fungsi saraf yang berperan dalam ereksi.
Aspek psikologis juga tidak bisa diabaikan. Stres berkepanjangan, depresi, rasa cemas, maupun tekanan emosional dapat menurunkan gairah seksual dan mengganggu respons tubuh terhadap rangsangan.
Di sisi lain, kondisi medis seperti obesitas, kolesterol tinggi, gangguan hormon, serta penyakit saraf dapat memengaruhi mekanisme ereksi secara langsung.
Cedera pada penis, tulang belakang, atau kepala juga berpotensi menimbulkan gangguan seksual.
Tak jarang, efek samping obat tertentu, –seperti diuretik, antidepresan, atau terapi kanker–menjadi pemicu disfungsi ereksi.
Gejala yang kerap dirasakan meliputi penurunan hasrat seksual, kesulitan mencapai ereksi, atau ereksi yang tidak bertahan lama.
Penanganan impotensi dapat dilakukan melalui obat-obatan, terapi hormon, alat bantu, hingga konseling psikologis.
Perubahan gaya hidup sehat umumnya turut dianjurkan sebagai bagian dari terapi menyeluruh.-***

















