Tren penurunan harga beras ini berjalan bersamaan dengan peningkatan produksi di sejumlah wilayah. Misalnya di Papua Selatan, luas panen mencapai 80.124 hektare pada 2025, meningkat 69,87 persen dibanding tahun sebelumnya.
Meski demikian, Amran menggambarkan tantangan distribusi beras di Papua masih membutuhkan upaya ekstra. Sebagai langkah jangka panjang, pemerintah terus memperkuat produksi beras lokal untuk memenuhi kebutuhan Papua.
“Kami baru pulang dari Papua, karena Zona 3 itu Papua harga beras cukup tinggi, begitu kami ke lapangan, itu begitu berat medannya. Ada yang harus naik pesawat, bayangkan beras kirim pakai pesawat. Ada yang naik truk dan itu berhari-hari,” ujarnya.
“Nah sekarang solusi permanen adalah kami sudah bicara seluruh Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat, Barat Daya, kami ketemu semua, kami kesana ketemu diskusi solusi permanen adalah kebutuhan beras di Papua 660 ribu ton. Kita penuhi baru 120 ribu ton, kita masih butuh 500 ribu ton. 500 ribu ton itu membutuhkan 100 ribu hektare. Insya Allah 2026 dan 2027 kita beresin,” terang Amran.
Diversifikasi pangan daerah turut menjadi sorotan Mentan/Kepala Bapanas Andi Amran Sulaiman. Komoditas umbi-umbian termasuk yang akan ditingkatkan produksinya.
“Artinya apa? Papua, solusi permanen adalah memproduksi beras dan bukan saja beras, juga umbi-umbian yang juga diminta oleh saudara-saudara kita di sana. Jadi beras insya Allah 2 tahun kita selesaikan. Insya Allah selesai mandiri pangan,” jelas Amran.
Upaya kemandirian pangan ini juga berlangsung di berbagai pulau. Beberapa daerah yang sudah mandiri pangan diantaranya, yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sementara Papua diproyeksi menyusul dalam 2 tahun ke depan.***
















