PENGANTAR
Tulisan ini adalah karya mendiang Sumohadi Marsis, wartawan olahraga Kompas, pendiri Tabloid Bola. Anak almarhum meminta tulisan sang ayah untuk dimuat di media sebagai kenang kenangan.
Redaksi
Orang bijak bilang , hidup dimulai pada usia 40. Apakah ini berarti kehidupan sebelumnya dianggap sia sia , atau tak bermakna ?
Bagaimana pula dengan hidup setelah usia 60, 70, 80 ?
Semakin bermakna atau justru jadi loyo dan tak berguna ?
Saya tidak tahu apakah sudah ada kata kata bijak yang lain untuk mengukur makna kehidupan dengan usia lanjut.
Yang pasti saya sendiri berprinsip, hidup yang singkat ini harus diusahakan memiliki makna pada usia berapa pun. Makna itu pun sebaiknya mengandung arti bahwa kehidupan kita juga bermanfaat bagi orang lain.
Pada usia 24 saya merasa diri saya sia – sia, gagal, sebagai mahasiswa di tahun kelima sebuah fakultas di Universitas Hasanuddin, Ujungpandang atau Makassar sekarang.
Saya merasa bangku kuliah membosankan dan tidak menjanjikan masa depan yang agak bercahaya.
Karena itu saya mengucapkan ” good bye ” kepada kampus yang pernah saya cintai ( dan karena itu saya membuat sebuah lagu Mars untuknya ).
Saya hijrah ke Jakarta dengan membawa mimpi ” menjadi orang berguna , bahkan punya nama “.
Setahun di Jakarta saya tidak hanya bisa mendapat pekerjaan, tapi juga kesempatan untuk mengembangkan bakat saya menulis.
Tahun berikutnya , 1970 , saya sudah resmi menjadi wartawan koran perjuangan mahasiswa, Harian KAMI. Dan dua tahun kemudian saya bergabung dengan Harian Kompas, koran nasional terbesar waktu itu, bahkan hingga sekarang.