TERASJABAR.ID – Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (GAPASDAP) menegaskan bahwa kemacetan parah di pelabuhan penyeberangan saat musim puncak, seperti libur Natal dan Tahun Baru, bukan disebabkan oleh kekurangan armada kapal.
Akar persoalannya terletak pada keterbatasan dermaga, baik dari segi jumlah, kapasitas, maupun kualitas infrastrukturnya.
Ketua Umum GAPASDAP, Khoiri Soetomo, menjelaskan bahwa antrean panjang di lintasan Merak–Bakauheni belakangan ini dipicu oleh cuaca ekstrem, kendala sistem daring baru, dan lonjakan kendaraan logistik.
Meski terdapat sekitar 70 kapal Ro-Ro besar yang siap beroperasi, keterbatasan area sandar dan kapasitas dermaga membuat kapal tidak bisa beroperasi maksimal.
GAPASDAP juga mengkritik kebijakan pemerintah yang seolah “meminggirkan” Merak–Bakauheni dengan mengalihkan arus utama ke pelabuhan bantuan seperti Ciwandan dan BBJ.
Menurut Khoiri, strategi nasional seharusnya tetap menjadikan Merak–Bakauheni sebagai poros utama karena konektivitasnya langsung ke Tol Trans Jawa dan Trans Sumatra.
Pengalihan yang tidak tepat justru memicu penumpukan parah di pelabuhan bantuan.
Pemerintah diingatkan agar segera memperkuat infrastruktur dermaga seiring bertambahnya kapasitas jalan tol.
Tanpa sinkronisasi antara pembangunan jalan dan penguatan fasilitas pelabuhan, ledakan kemacetan berskala besar di titik-titik penyeberangan akan terus berulang di masa depan.
Persoalan ini menjadi mendesak karena seluruh arus transportasi darat dari dua pulau besar bermuara pada satu titik penyeberangan yang kapasitasnya terbatas.-***











