TERASJABAR.ID – Fast food atau makanan cepat saji kerap menjadi solusi praktis di tengah rutinitas yang padat karena penyajiannya cepat, rasanya menarik, dan mudah ditemukan.
Namun, jika dikonsumsi terlalu sering, jenis makanan ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Umumnya, makanan cepat saji mengandung kalori, lemak, garam, dan gula dalam jumlah tinggi, tetapi miskin serat, vitamin, serta mineral penting bagi tubuh.
Salah satu dampak yang paling sering muncul adalah kenaikan berat badan hingga obesitas.
Kandungan lemak jenuh dan gula tambahan yang berlebihan membuat asupan energi tidak seimbang.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu malnutrisi, terutama pada anak-anak, karena kebutuhan gizi tidak terpenuhi dengan baik.
Minimnya serat juga berisiko menyebabkan gangguan pencernaan, seperti sembelit, kembung, atau rasa tidak nyaman pada perut.
Sejumlah penelitian juga mengaitkan konsumsi makanan cepat saji dengan penurunan fungsi kognitif.
Pada remaja, pola makan ini dapat memengaruhi fokus dan kemampuan belajar, sementara pada usia lanjut berpotensi meningkatkan risiko gangguan daya ingat.
Selain itu, asupan karbohidrat olahan yang tinggi berkontribusi pada lonjakan gula darah, sehingga meningkatkan peluang terjadinya diabetes tipe 2.
Kadar garam dan kolesterol jahat (LDL) yang tinggi turut berperan dalam meningkatkan tekanan darah, penyakit jantung, hingga risiko stroke.
Berat badan berlebih akibat pola makan tidak sehat juga dapat memicu gangguan pernapasan.
Tak kalah penting, kandungan gula berlebih dapat merusak kesehatan gigi dan meningkatkan risiko gigi berlubang, bahkan dikaitkan dengan risiko kanker dalam jangka panjang.
Untuk meminimalkan dampaknya, disarankan merencanakan pola makan sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, membatasi porsi makanan cepat saji, serta memilih menu alternatif yang lebih sehat.
Mengonsumsinya sesekali masih dapat ditoleransi, tetapi bagi individu dengan risiko penyakit tertentu, konsultasi dengan tenaga medis sangat dianjurkan.-***










