TERASJABAR.ID– BANDUNG— Anggota Komisi IV DPRD Kota Bandung, H.Sony Daniswara,S.E menilai beberapa kebijakan di dunia Pendidikan yang masih debatable, harus bisa disepakati dan dilaksanaka oleh semua pihak.
“Saya pribadi menilai, apa yang sekarang tengah digaungkan oleh Pak Gubernur (Gubenur Jabar, Dedi Mulyadi,red) merupakan hal yang positif, walaupun masih menimbulkan pro dan kontra di beberapa kalangan,” ujar Sony.
Beberapa hal yang masih menjadi pro dan kontra diantaranya, kebijakan tidak melaksanakan study tour, tidak menyelanggaran acara wisuda maupun perpisahan, tidak boleh membawa Handphone, tidak boleh membawa kendaraan, siswa diminta berjalan kaki dari sekolah ke rumah.
“Kita bisa melihat, bahwa kebijakan ini memang kurang popular di kalangan masyarakat, terutama di kalangan siswa sekolah. Namun, kita bisa melihat dampak positif dari ini semua,” jelasnya.
Sony menambahkan, bahwa anak-anak mungkin akan kesulitan membiasakan diri berjalan kaki, atau ada yang tidak suka jika kegiatan study tour dan perpisahan dihilangkan, namun perlu dipahami itu sebenarnya bukan sesuatu yang baru.

“Kalau kita ingat, jaman kita sekolah dulu, jika pergi ke sekolah dari rumah dengan berjalan kaki. Kita juga dulu tidak ada study tour tapi kita baik-baik saja. Bahkan kita menjadi generasi yang lebih tangguh dibandingkan generasi sekarang,” tuturnya.
Menurut Sony program Walikota Bandung, M.Farhan yang melarang atau membatasi penggunaan telepon genggam di sekolah. Karena dianggap lebih banyak efek negative dibandingkan efek positifnya.
Sony mengatakan,, keberdaan gawai mungkin memang memudahkan kita saat pandemi, semua bisa dilakukan secara jarak jauh. Namun, sekarang pengguaan gawai jadi keblabalasan sehingga anak-anak menjadi sangat mudah, terfasilitasi dan malas.
“Dengan keberadaan gadget anak-anak jadi malas membaca buku, malas membuka kamus, sehingga generasi yang mendapatkan banyak kemudahan akan menjadi generasi yang malas. Generasi malas ini kemudian akan menjadi generasi yang lemah dan kesuitan di kemudian hari” sesalya.
Sony mengatakan kondisi para pelajar ini, harus dikembalikan seperti dulu. Biasakan membaca buku, bisakan membuka kamus, sehingga anak-anak bisa menghafal.
“Sekarang ini, banyak anak-anak kelas 1 atau 2 SD yang tidak bisa membaca karenanya turunnya minat membaca. Semua jadi terfokus kepada HP,” tandasnya.
Namun, diakui Sony untuk bisa mengubah semua, harus dilakukan perubahan secara menyeluruh dan tidak parsial. Sehingga Ketika merubah system jangan setengah-setengah. Di sisi lain, faktor penunjang perubahan system ini juga harus diperbaiki.
“Misalnya, kita mengharuskan anak-anak pergi sekolah berjalan kaki, kita juga harus mempersiapkan lingkungan yang aman dan nyaman. Jangan sampai orang tua tidak tenang Ketika melepas anaknya ke sekolah,” tuturnya.
Sony mengatakan, diberlakukan jalur zonasi atau wilayah, agar ketika aturan mengharuskan berjalan kaki, anak-anak juga tidak berjalan terlalu jauh.
“ Kalau terlalu jauh jalan juga kasian anak-anaknya, belum sampai sekolah sudah capek,” kelekarnya.
Politisi Partai Kebangikat Bangsa ini menilai, jika nantinya semua kebijakan bisa dijalankan secara beriringan, maka dunia Pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi dan menghasilkan generasi yang baik, tangguh dan brilian.
“Untuk itu, kita akan melakukan rapat kerja dengan Dinas Pendidikan untuk membicarakan kurikulim apa yang sebaiknya diterapkan di Kota Bandung,” tuturnya.
“Sekarang mungkin akan focus dulu ke SPMB, karena katanya tanggal 5 Mei ini, Disdik sudah mulai membuka proses penerimaan siswa baru. Nah setelah itu, kita bisa folus ke membenahi kurikulum,” ujarnya.