Ekonom memperkirakan, kerugian akibat bencana ini mencapai puluhan triliun. Sementara BNPB dan Kementerian Pekerjaan Umum memperkirakan, dibutuhkan anggaran lebih dari Rp 50 triliun hanya untuk pemulihan pemukiman yang rusak.
Ini masih perhitungan awal, karena masih banyak kerusakan yang belum terdata, terutama yang terkait dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial, seperti kerusakan fisik bangunan sekolah yang rusak.
Laporan dari daerah-daerah terdampak bencana menyebutkan aktivitas pendidikan belum pulih.
Hendry Ch Bangun mengharapkan, kegiatan rehabilitasi rekonstruksi dapat segera diperluas.
Lebih dari itu, keberadaan badan seperti BRR Aceh-Nias ini, diharapkan bisa bekerja profesional, dapat dipertanggungjawabkan dan tepat sasaran seperti arahan Presiden Prabowo, agar tidak ada orang— siapa pun entah pejabat atau pengusaha— yang mengambil keuntungan dan memperkaya diri dari bencana ini.
Selanjutnya, bagi A.R. Loebis, wartawan senior, penyair dan pemerhati lingkungan, mengharapkan, bencana ekologis di Sumatera ini menjadi momentum pemulihan fungsi hutan. “Dan, tindak tegas perusak hutan,”ujar Loebis.

















