Puas menikmati Cirahong, saya ambil sepeda. Kembali ke arah Jalan Raya Manonjaya. Tidak jauh dari pertigaan, saya masuk kawasan Sentra Pandey Besi Galonggong. Kualitas golok Galonggong sudah teruji dan terbukti tidak hanya di Tasikmalaya saja, tetapi sudah ke luar daerah. Di kiri kanan jalan banyak kios yang menjual kerajinan dari besi.
Kontur jalan memang cenderung turun. Namun cuaca panasnya sangat nendang. Setelah Kecamatan Cineam di Kabupaten Tasikmalaya, saya masuk Kecamatan Cimaragas di wilayah Kabupaten Ciamis.
Melewati Bendungan Leuwikeris yang dibangun di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, membendung Sungai Citanduy. Bendungan ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Lalu saya merapat ke Masjd Jami Al Hidayah. Saya periksa suhu ada di 31 derajat. Lebih baik neduh dulu, plus ngagoler.
Di samping masjid ada warung kecil. Saya pesan Nutrisari untuk menghalau haus. Si ibu pemilik warung terkaget-kaget mendengar saya bersepeda dari Cimahi. “Nanaonan atuh pak,” teriaknya. Saya cuma bisa terseyum mendengar komentarnya.
Selonjoran di masjid sambil melihat-lihat sepeda ada perasaan senang di hati saya. Bendera merah putih yang berkibar-kibar ditiup angin itu rasanya keren. Sayang bendera itu sudah belel. Di masjid ini saya sempat tertidur. Setelah itu saya kembali melanjutkan perjalanan.
Di daerah Cipariuk, saya disalip dua bocah yang sedang bersepeda. Saya hentikan mereka dan ajak ngobrol. Namanya Sendi dan Reyhan, umur 8 dan 9 tahun. Sebagaimana bocah, sepedanya tanpa rem.
“Om dari mana,” tanya Reyhan.
“Bandung,”
“Piraku!,” katanya kaget.
Saat berpisah mereka saya bagi kue wafer yang saya bekel. Masing-masing juga dapat satu gantungan kunci. Giranglah mereka.
Menjelang Asar, saya masuk plang bertulisan “Selamat Datang di Kota Banjar”. Di sini dulu saya bersama teman-teman KSeXX sempat ambil foto.