Sekitar jam 06.30 saya mulai bergerak meninggalkan “Wisma Murtadji”. Dari Jalan Nologaten kembali ke jalan utama Jogja Solo. Setelah melewati Ambarukmo Plaza ketemu flyover Janti. Di dinding flyover ini ada mural bergambar mantan presiden Jokowi sedang bersepeda motor.
Setelah melewati jalan Ring Road, saya belok kiri ke Jalan Anggrek. Kontur jalannya landai menanjak. Sekitar empat kilometer kemudian tibalah saya di rumah Pak Syahrial. Persis di depan rumahnya ada Lapangan Tempelsari. Lapangan ini menjadi salah satu titik evakuasi bila Gunung Merapi meletus.
Pak Syahrial sudah stand by di depan rumahnya. Dia mengambil video kedatangan saya. Bersamaan dengan saya masuk ke halaman, masuk pula perempuan bermotor. Dia kemudian memberikan satu bungkusan kepada Bu Syahrial. “Pas, mang. Tekwannyo datang,” kata Pak Syahrial kepada saya. Tekwan adalah salah satu jajanan khas Palembang.
Pak Syahrial sengaja memesan tekwan khusus untuk menjamu saya. Sayang pempeknya belum ready karena saya datang kepagian. Ah kalau tahu begitu, saya datang agak siangan.
Si ibu bermotor itu, namanya Bi Cik Ayu, rupanya wong kito juga. Asal dari Baturaja, Ogan Komering Ulu. Di Jogja dia punya usaha jualan makanan khas Palembang.
Pak Syahrial lalu menyilakan saya masuk. Kami kemudian berbagi cerita. Kali ini obrolan tidak melulu soal sepedahan. Melainkan tentang Papua.
Yang menyenangkan saya, Pak Syahrial ternyata pernah bertugas di Merauke. Kota yang menjadi tujuan saya dalam touring ini. Dan lumayan lama dia tinggal di Merauke Sekitar 12 tahun. Bahkan dua dari tiga anaknya kelahiran Merauke. “Saya masih ada beberapa teman di sana. Mudah-mudahan nanti bisa membantu,” katanya. Alhamdulillah pertanda baik lagi ini.