Aki Memet menunjukkan kepada saya jejak Kerajaan Sumbawa yang masih tersisa. Juru kunci Istana Dalam Loka Pak Subhan menyilakan saya untuk mengambil foto sebagai dokumentasi saya pernah tiba di sini.
Dari Istana Dalam Loka kami menuju jalan raya yang menghubungkan kota Sumbawa Besar dengan kota Bima. Langsung dihadapkan dengan tanjakan. Lumayan tajam dan lumayan panjang. Ada mungkin sekitar tiga kilometer.
Mungkin karena sudah biasa melewati jalur ini, Aki Menet yang sudah berusia 65 tahun, terlihat rileks saja. Sementara saya kepayahan.
Aki Memet punya nama lengkap Rahmat Slamet asal Majalengka. Sudah 41 tahun menetap di Sumbawa Besar. Pensiunan guru mata pelajaran IPS. “Sekarang saya PNS, Pensiunan Numpakan Sapedah,” katanya.
Aki Memet mengantar saya hingga depan Gedung DPRD Kabupaten Sumbawa. Kabupaten ini punya slogan “Sabalong Samalewa” yang bermakna saling membantu dan saling bekerja sama.
Bonusnya buat saya setelah itu kontur jalan cenderung menurun. Jalannya sepi dan mulus. Saya bisa melaju dengan cepat. Baru di daerah Mayo Hilir saya terpaksa berhenti. Gara-gara tiang tenda yang disimpan di rak depan terlepas dan terjatuh.
Setelah mengembalikan tiang di tempatnya, saya melaju lagi. Di Puskesmas Maronge baru beristirahat. Cuaca sangat panas. Suhu mencapai angka 33 derajat celcius. Di bawah rindang pohon turi di depan kantin saya menikmati pisang goreng dan pocari. Joss.