Yang mengejutkan, teman-teman federal Denpasar terhubung dengan Bang Ata karena beberapa bulan lalu mengadakan bikecamp di Bedugul. Tempat bikecamp itu miliki adik Bang Ata.
Setelah itu kami mulai bergerak. Bang Ata melepas saya dengan do’a supaya perjalanan lancar dan aman. Dia juga akan membantu dengan menghubungi teman-temannya yang ada di rute yang saya lalui. “Alhamdulillah. Saya kembali dipertemukan dengan orang baik,” kata saya membatin.
Kami berempat (saya, Pak Nyoman Dama, Pak Ketut Parma, Pak Ketut Wiratma) mulai bergerak meninggalkan Denpasar. Sebenarnya saya agak sungkan diantar seperti ini. Tapi mereka bersikeras mengawal saya. “Seperti bapak, kami juga harus memuliakan tamu,” kata Pak Nyoman Dama.
Perhentian pertama kami adalah lokasi Patung Titi Banda. Patung ikonik kota Denpasar yang terletak di pertemuaan Jalan I Gusti Ngurah Rai dengan Jalan Ida Bagus Mantra. Di sini kami ambil beberapa foto.
Perhentian kedua adalah di RM Matahari Pagi. Setelah beberapa kilometer dari Denpasar. Kami makan ikan bakar dan sop ikan sebagai menu makan siang. Maknyus. Apalagi dibayarin.
Seperti tadi, saya juga merasa sungkan dijamu yang terhitung mewah untuk peturing federalist seperti saya. “Kita tidak boleh menolak rejeki,” kata Pak Nyoman Dama mengingatkan saya, sambil tersenyum.
Pembicaraan kami saat sarapan tadi rupanya memberi kami banyak pengertian yang sama. Walaupun agama berbeda, kita mewarisi sifat-sifat luhur sebagai manusia.
Di tempat makan ini kemudian bergabung Pak Ketut Mahar, anggota Fedkung (Federal Klungkung) yang juga pernah bertemu saya di Jamnas Lampung. “Keren, akhirnya sampai juga di sini,” kata Ketut Mahar.
Maka selesai makan, saya diajak melipir ke Klungkung. Sekitar 10 kilometer dari jalan raya Denpasar – Padang Bai. Saya oke saja karena memang berencana akan nyeberang ke Lombok pada malam hari.
Di Klungkung kami mampir di Pendopo Puri Agung Klungkung. Ini tempat kediaman Raja Ida Dewa Agung Hambe, yang telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Di samping kanan pendopo ada lonceng yang konon sering berbunyi sendiri. Mengabarkan akan adanya kejadian menyangkut alam. Misalnya gempa bumi atau tanah longsor.