Istimewanya jalan Gus Dur ini sambung menyambung dengan jalan Wahid Hasyim (ayahnya) dan Jalan Hasyim Asyari (kakeknya). Istimewa memang. Anak, bapak, dan kakek ini adalah Pahlawan Nasional. Jarang-jarang ada keluarga seperti ini.
Di Jalan Gus Dur ini ada Tugu Adipura Kencana dan tulisan Jombang Santri. Julukan ini merujuk pada banyaknya pesantren di Jombang. Besar-besar pula.
Dari jalan ini saya tinggal lurus saja. Nanti berbelok di Mojokerto. Jalannya datar dan sangat ramai dengan kendaraan besar. Meski masih pagi, saya langsung mendapat panas karena gowes menghadap matahari.
Lebih dari satu jam mengayuh, saya melewati Kecamatan Mojoagung dan Trowulan. Di Trowulan ini ada Museum Majapahit. Dan di Trowulan ini pula Gajahmada mengucapkan sumpah palapa.
Sebagai daerah asal Gajahmada maka tidak mengherankan banyak ornamen rumah atau desa berupa patung Gajahmada. Bahkan ada juga toko yang menjual patung Gajahmada. Berbagai ukuran dan pose.
Melewati Trowulan saya bertemu truk terperosok ke bahu jalan. Ada beberapa orang yang sedang berjaga di sekitar truk itu.
Menjelang masuk kota Mojokerto ada Jalan Raya Lengkong. Seperti nama jalan di Bandung. Di sini ada pertigaan ke arah wana wisata Trawas. Tidak jauh dari situ ada gapura batas Kota Mojokerto.