Menjelang masuk kota Bajawa, suasana makin adem. Ibukota Kabupaten Ngada ini memang terletak di dataran tinggi. Pohon bambu tinggi besar yang melindungi jalan dari sengatan matahari makin menambah syahdu suasananya.
Nama Bajawa mengingatkan akan Bajawa Coffee yang banyak tersebar di Jakarta dan Bandung. Cafe anak muda untuk ngopi dan nongkrong.
Sayangnya kami tidak melewati dalam kota. Sekitar lima kilometer sebelum masuk kota ada belokan ke kanan melalui jalan bypass. Di ruas jalan ini saya melihat ada pura, tempat beribadah umat Hindu. Sebagian rumah juga terlihat membuat atapnya khas Nusa Tenggara Timur. Kebanyakan model kerucut.
Selepas Bajawa, kontur jalan sudah lebih rata. Sekali-sekali ada turunan malah. Situasinya masih seperti tadi. Gunung ada dimana-mana, yang sayangnya saya tidak tahu namanya. Jadi jalan di ruas ini adalah berkelok-kelok menyusuri lereng gunung.
Setiap kali berpapasan dengan kendaraan lain, saya perhatikan pelat nomornya beragam. Dari berbagai daerah di Jawa. Ada L, W, B, dan bahkan ada juga pelat D. Asal Bandung dia. Pelat kendaraan di sini aslinya adalah EB.
Beragam pelat kendaraan ini bukan berarti kendaraan ini bodong atau hasil curian. Biasanya kendaraan ini memang dibeli di Jawa, tapi STNK nya tidak dimutasi ke sini.
Satu hal yang cukup menarik perhatian saya, di daerah Boawae saya melihat ada klinik sunat. Mengejutkan karena setahu saya daerah ini penduduknya mayoritas beragama Katholik. Itu artinya kemungkinan mereka juga punya budaya sunat.
Setelah itu ketemu pasar. Ramai sekali karena jalan jadi macet oleh orang yang berlalu lalang. Namanya Pasar Raja Timur. Di sini ada penumpang istimewa yang naik. Istimewa karena bukan orang. Melainkan seekor kambing. Ya kambing.
Kambing itu ditempatkan di atap bus. Diikat dengan kencang. Memang satu keistimewaan bus di sini adalah mereka bisa membawa apa saja. Bahkan barang berukuran besar. Saya pernah melihat ada bus yang membawa springbed di atapnya.
Di daerah Nangaboa saya minta diturunkan. Di sini saya lihat ada masjid. Dan saya juga ingin merasakan sensasi gowes menyusuri pantai menjelang masuk kota Ende.