Pemilik warung emak-emak sepuh ramah sekali menyambut kami. “Bade sarapan sareng paket naon?,” tanyanya. Maksudnya si emak menjual paket lauk dengan tahu tempe plus lalapan. Saya memilih mengisi perut dengan telur dadar. Dimakan dengan sambel dadak bikinan si emak, rasanya joss banget.
Di warung itu kemudian bergabung Pak Heri dan Pak Sutrisno (dua goweser Fedstar). Keduanya sudah dikontak Pak Haji Ujen untuk ikut mengawal saya.
Selesai sarapan kami kembali melanjutkan perjalanan. Melintasi Jembatan Sungai Citanduy yang ada di sebelah warung, sudah masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Disambut oleh Patung Pangeran Diponegoro. Saya berhenti sebentar untuk ambil dokumentasi.
Sudah di Jawa Tengah di wilayah Kabupaten Cilacap, situasinya tidak banyak berbeda saat masih di Kota Banjar. Di daerah perbatasan ini nuansa Sunda masih terasa. Misalnya nama tempat masih banyak yang berawalan ci.
Pak Haji Ujen dan kawan-kawan mengawal saya hingga daerah Ciopat Desa Madura. Mereka bertiga belok kanan masuk ke jalan kampung yang mengarah ke Banjar. Saya terus lurus ke arah Majenang.
Setelah pertigaan jalan ke arah Sidareja kontur jalan mulai menanjak. Lumayan pedas. Untung suasananya cukup teduh karena banyak pohon besar. Di kiri kanan jalan banyak warung yang menjual es kelapa muda.
Setelah itu ketemu jalan turunan hingga Majenang. Panas makin menyengat. Masuk kota, saya melihat masih becak yang dikayuh tenaga manusia. Padahal sekarang hampir semua becak sudah menggunakan mesin bermotor.