Ketemu Masjid Besar Mujahidin di kiri jalan saya memutuskan untuk melipir. Meski waktu baru menunjukkan pukul 11.00, saya ingin ngagoler sebentar. Cuaca terlalu panas. Saya periksa di hape ternyata di angka 31 derajat celcius.
Kehadiran saya mengundang perhatian beberapa orang yang sedang ngaso di teras masjid. Kami pun berbincang-bincang.
Salah satu di antaranya mengenalkan diri bernama Heri, bercerita dia punya “proyek” serupa seperti saya. Ingin keliling Jawa bersepeda motor. Tapi dengan cara tangan dilipat satu. Ini sebagai simbol agar pemerintah tidak tebang pilih dalam menegakkan keadilan. “Saya sedang mempersiapkan diri, nanti pada waktunya akan saya realisasikan,” katanya. Ide yang keren.
Satelah sempat tertidur sebentar dan shalat Zhuhur, saya bergerak lagi. Cuaca masih panas, tapi saya ingin mengisi perut. Di Majenang ini saya lihat banyak sekali rumah makan dengan harga Rp 10.000. Cocok.
Di salah satu rumah makan di daerah Padangjaya saya mampir. Bersamaan dengan saya ngantri juga dua orang pria yang mengendarai motor. Kami lalu duduk berdekatan di meja makan. Menyantap nasi sambil berbincang.
Keduanya adalah tukang servis AC. Yang agak gemukan bernama Hartono, yang kecilan bernana Urip. Selesai makan, Hartono langsung berdiri menuju kasir. “Mas, saya yang bayar ya ” katanya kepada saya.
Setelah itu saya kembali meneruskan perjalanan. Melewati hutan wisata Cilempuyang, saya melihat ada beberapa mobil pick up mengangkut anak-anak sekolah.
Jadi kalau di kota angkutan sekolah berupa bus, di sini masih menggunakan mobil pick up. Yang penting hati-hati aja deh.
Masuk daerah Karangpucung kembali saya melipir ke masjid. Kali ini ke Masjid Besar Baitul Mu’minin Karangpucung. Masjid ini memiliki kanopi besar sehingga sepeda bisa parkir tanpa kepanasan. Di terasnya saya beristirahat.