Hari makin siang. Di daerah Genteng saya mampir di rumah makan soto lamongan. Santap siang. Untuk menghemat waktu, mengingat jarak ke Ketapang lumayan jauh, saya shalat di mushola tempat makan ini. Tidak ke masjid seperti kemarin-kemarin. Zhuhur dengan Asar secara jama’ taqdim. Saya berharap tiba di Ketapang sebelum hari gelap.
Hanya saja rencana untuk menjemur pakaian yang masih basah tidak bisa dilaksanakan. Sebab sampai siang ini cuaca masih mendung. Matahari tidak nongol-nongol.
Selesai makan saya kembali memacu sepeda. Di daerah Srono. Sebuah mobil Toyota Avanza warna silver menyalip dan berhenti beberapa meter di depan saya. Pengemudinya keluar dan memberi tanda supaya saya berhenti di belakang mobil. “Wah ada apa gerangan,” pikir saya. Selintas saya perhatikan nomor kendaraan ini plat AB, dari Jogja.
Pengemudinya mendekat saya. Berbadan tegap. Memakai topi. “Saya anak sepedahan juga. Ini sekedar untuk jajan. Hari-hati ya pak,” katanya sambil memasukkan sesuatu di tas yang ada di stang sepeda .
Tidak banyak basa-basi, dia lalu kembali ke mobilnya dan meninggalkan saya. Meski sempat terdiam sebentar saya langsung bereaksi. “Terima kasih Om. Berkah,” kata saya. Lalu saya periksa stang sepeda. Ternyata dia menyelipkan selembar uang berwarna biru. Alhamdulillah rezeki peturing soleh.
Saya pun melaju lagi. Sambil memperhatikan jalan, saya merenung-merenung kejadian tadi. Memang ini bukan kejadian pertama. Karena pada touring-touring saya sebelumnya pernah juga saya dihentikan orang hanya sekedar untuk memberi sesuatu.
Mendapat pemberian dari orang-orang random (orang yang sama sekali tidak dikenal) saya anggap sebagai dukungan alam semesta pada touring saya ini.
Saya terus memacu sepeda. Tidak banyak berhenti. Baik untuk minum ataupun untuk ambil foto. Lagi pula kontur jalannya terus menurun.
Sekitar jam 15.00 saya sudah masuk Banyuwangi. Saya makin tenang karena yakin bisa nyeberang dalam keadaan hari masih terang. Sudah mulai lebih pelan.
Di daerah Kalipuro saya menepi. Di bawah pohon besar yang kebetulan ada kursi. Sepeda saya sandarkan. Membuka aplikasi Ferizy untuk membeli tiket ferry penyebarangan Ketapang – Gilimanuk. Jarak ke pelabuhan kurang 5 kilometer lagi.
Beres beli tiket saya jalankan sepeda lagi. Di sebelah kiri jalan berjejer loket penjualan online. Jadi kalau tidak punya aplikasi Ferizy, tiket bisa beli di sini.