Lembor ternyata adalah kampung tetangga saya Pak Yoseph Surdi. “Selamat datang di kampung saya. Bapak akan ketemu sawah yang sangat luas,” kata Pak Yoseph di pesan whatsapp.
Benar saja. Beberapa kilometer sebelum masuk kota Kecamatan Lembor, saya bertemu hamparan sawah di kiri kanan jalan. Pas lagi hijau hijaunya. Pemandangan yang bikin sejuk di panas terik itu.
Masuk kota, yang pertama saya cari adalah tempat makan. Yang mengherankan saya, ternyata ada banyak warung nasi Padang. Aman kalau begitu.
Selesai makan saya ngaso di depan sebuah ruko kosong sambil memeriksa maps untuk mencari posisi masjid. Lalu datang dua remaja bermotor menghampiri saya.
“Pak, minta izin kami ambil foto ya,” katanya.
“Iya. Silakan,” jawab saya. Sudah maklum mereka akan menjadikan saya sebagai konten di media sosial.
Kedua remaja ini terlihat sangat senang saya bersedia meladeni mereka. Ragil dan Rizki namanya. Baru lulus SMP. Mereka lalu bertanya-tanya tentang perjalanan saya.
Setelah puas mengambil foto, mereka lalu pergi. Saya meneruskan membuka aplikasi untuk memeriksa posisi saya. Beberapa menit kemudian Ragil dan Rizki datang lagi. Kali ini dengan sebotol pocari. Terlihat segar karena baru diambil dari kulkas. “Ini pak. Untuk minum bapak,” kata Ragil. Lalu mereka pergi lagi.
Kemudian saya mengarahkan sepeda menuju pasar. Tidak jauh dari pasar, saya lihat di peta, ada masjid. Saat mulai mengayuh meninggalkan ruko, ada suara motor mendekati saya. Rupanya Ragil lagi. Tapi kali ini dia sendiri. “Mari pak saya antar,” katanya waktu saya bilang mau menuju masjid.
Di Masjid Al Muhajirin, Kampung Malawatar, saya Shalat Asar dan Zhuhur yang tadi belum saya laksanakan. Di dalam masjid ada beberapa pria yang sedang berkumpul. Berdiskusi serius.
Dari tampilannya : antara lain dari gamis yang dikenakan, saya langsung menduga mereka adalah Jamaah Tabligh. Ada tujuh orang. Sepuh-sepuh. Hanya satu orang yang terlihat masih muda.