Hery mengatakan, inti permasalahan sampah ini mencuat menjadi besar, karena adanya pengurangan ritase pembuangan sampah ke TPA Sarimukti. Seperti diketahui sejak mengalami kebakaran tahun 2023, TPA ini menjadi bermasalah karena daya tampungnya sudah overload.
Nada serupa disampaikan Pengamat Ekonomi Acuviatra, yang mengatakan bahwa sebelum TPA Sarimukti mengurangi ritase pembuangan sampah, persoalan ini tidak pernah mencuat apalagi menjadi masalah besar seperti belakangan ini
Menurut Acuviatra, karena pasar itu posisinya sangat strategis sebagai pusat distribusi dan penggerak perekonomian, maka sudah sepantasnya mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Pengamat ekonomi ini melanjutkan, pengadaan teknologi pengolah sampah di pasar pasar merupakan salah satu alternatif yang keberadaanya harus dijembatani oleh pemerintah karena kaitanya terkait dengan sosial (masyarakat), perijinan, kecanggihan teknologi, lahan dan harga alat yang tidak murah.
Menurut Acuviatra, Gubernur Dedi Mulyadi yang memiliki komitmen tinggi terhadap masalah sampah ini, menjadi momentum yang tepat untuk melakukan pembenahan dengan mencari solusi yang tepat dan komperhensif.
Tanggungjawab masalah sampah sebenarnya tidak bisa lepas dari tanggungjawab pemerintah terutama dalam penyediaan TPA di luar TPA Sarimukti. “Saya kira TPA tetap harus disediakan pemerintah karena tidak bisa sepenuhnya mengandalkan kemampuan alat pengolah sampah di pasar pasar,” katanya.
Apalagi menurut yang dia dengar, TPS di pasar pasar itu tidak hanya menjadi tempat pembuangan sampah pedagang saja, tetapi masyarakat sekitar pasar juga ikut membuang sampah ke pasar juga.