Belakangan, eskalasi konflik di Timur Tengah, termasuk serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran, telah meningkatkan ketegangan. Selain itu, kebijakan larangan perjalanan (travel ban) yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump terhadap warga Iran dan beberapa negara lain menambah kerumitan partisipasi Iran di turnamen yang sebagian besar digelar di AS.
Hambatan Logistik dan Potensi Larangan
Meskipun FIFA menetapkan bahwa negara tuan rumah harus memastikan semua tim dapat masuk tanpa hambatan, kebijakan larangan perjalanan AS menyulitkan warga Iran, termasuk suporter, untuk menghadiri pertandingan di Amerika. Pengecualian memang diberikan untuk atlet, pelatih, dan staf pendukung untuk acara olahraga internasional seperti Piala Dunia, tetapi fans Iran kemungkinan besar tidak dapat menghadiri pertandingan di AS karena proses visa yang rumit dan tingkat keberhasilan yang rendah (kurang dari 15%). Untuk mendapatkan visa AS, warga Iran harus melakukan wawancara di negara ketiga seperti Armenia, sebuah proses yang mahal dan tidak menjamin keberhasilan.
Selain itu, logistik turnamen menjadi tantangan tersendiri. Dari 104 pertandingan Piala Dunia 2026, 78 di antaranya akan digelar di Amerika Serikat, termasuk babak final. Hanya dengan berada di Grup A, Iran berpotensi menghindari pertandingan di AS selama fase grup, karena grup ini dijadwalkan bermain di Meksiko. Namun, jika Iran lolos ke babak gugur, perjalanan ke AS hampir pasti tidak dapat dihindari, kecuali mereka memenangkan Grup A dan bertahan di Meksiko hingga babak 16 besar. Mengingat Iran belum pernah lolos dari fase grup di Piala Dunia sebelumnya, skenario ini terbilang sulit.
FIFA juga memiliki preseden untuk melarang negara yang terlibat dalam konflik dari kompetisi internasional. Rusia dilarang dari semua kompetisi FIFA dan UEFA setelah invasi ke Ukraina pada 2022, dan Yugoslavia juga pernah dilarang pada 1990-an akibat perang Balkan. Jika ketegangan antara Iran dan AS meningkat menjadi konflik terbuka, FIFA mungkin mempertimbangkan larangan serupa untuk Iran, terutama mengingat hubungan dekat Presiden FIFA Gianni Infantino dengan Donald Trump