Selain fasilitas olahraga, potensi besar juga datang dari perubahan gaya hidup masyarakat. Survei Nielsen 2025 menunjukkan 86 persen masyarakat Indonesia kini proaktif menjaga kesehatan, jauh di atas rata-rata global sebesar 70 persen.
“Potensi ini menciptakan pasar besar bagi penyelenggaraan event lari, bersepeda, triathlon, yoga, hingga festival wellness,” katanya.
Menpar juga mengapresiasi berbagai pihak yang telah menangkap peluang tersebut, termasuk melalui penyelenggaraan Pocari Sweat Run Mandalika 2025 yang menarik lebih dari 9.000 peserta, dengan 70 persen peserta berasal dari luar Pulau Lombok.
Event ini memberikan dampak ekonomi sebesar Rp85,5 miliar serta menggerakkan tingkat hunian akomodasi, restoran, transportasi, hingga UMKM lokal.
“Ke depan, yang ingin kami dorong adalah konsistensi. Event seperti ini harus berkelanjutan agar manfaat ekonominya dapat dirasakan terus-menerus. Pengalaman dapat diperluas secara holistik, misalnya mengombinasikan olahraga dengan konser musik dan elemen lain yang memperkuat daya tariknya. Banyak orang bersedia bepergian lintas negara demi menghadiri event olahraga,” ujarnya
Menpar optimistis pengembangan event berbasis pariwisata olahraga akan memperkuat kontribusi sektor pariwisata nasional. Tahun ini, pergerakan wisatawan nusantara diproyeksikan tumbuh 18,89 persen dan wisatawan mancanegara 10,13 persen.
Pertumbuhan ini akan mendorong aktivitas ekonomi melalui belanja wisatawan serta meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB, diperkirakan mencapai 3,96 hingga 4 persen.
“Indonesia memiliki peluang besar menjadikan sports tourism sebagai mesin ekonomi baru. Untuk mewujudkan potensi ini, saya mengajak pemerintah pusat dan daerah bersama-sama menyusun roadmap sports tourism serta pembangunan destinasi yang terintegrasi,” ujarnya.

















