Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi resmi dari KCIC mengenai apakah layang-layang menjadi penyebab gangguan di Purwakarta.KCIC sebelumnya telah mencatat peningkatan gangguan akibat layang-layang, terutama sejak April 2025 dan selama musim libur sekolah.
Pada Juni 2025, tercatat 50 kejadian gangguan akibat layang-layang yang tersangkut di LAA, yang dapat menyebabkan korsleting listrik, pemadaman aliran listrik, hingga ancaman keselamatan perjalanan kereta yang melaju hingga 350 km/jam. Gangguan ini sebagian besar terjadi di wilayah Bandung Barat, Cimahi, dan Bandung, terutama antara Stasiun Padalarang dan Tegalluar, di mana permukiman warga berdekatan dengan jalur rel.Untuk mencegah kejadian serupa, KCIC telah mengerahkan lebih dari 530 personel keamanan untuk berpatroli setiap 500 meter sepanjang jalur operasional selama 24 jam, serta memasang 1.773 unit CCTV di jalur rel, stasiun, dan kantor operasional.
KCIC juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya bermain layang-layang di dekat jalur kereta cepat. “Saat ini kami melakukan pengawasan langsung ke lapangan. Jadi apabila ditemukan ada yang bermain di dekat jalur Whoosh, langsung diedukasi oleh petugas,” ujar Emir Monti.KCIC mengimbau masyarakat untuk menghindari aktivitas bermain layang-layang dalam radius 500 meter dari jalur rel guna menjaga kelancaran dan keamanan operasional kereta cepat Whoosh, yang menjadi kebanggaan transportasi Indonesia.
Penumpang juga diimbau untuk tiba di stasiun 30 menit sebelum keberangkatan agar tidak ketinggalan kereta, mengingat proses boarding ditutup 5 menit sebelum jadwal keberangkatan.Hingga kini, penumpang masih menunggu klarifikasi resmi dari KCIC terkait penyebab pasti gangguan di Purwakarta.
Kejadian ini kembali menunjukkan bahwa bahkan teknologi canggih seperti Whoosh tidak luput dari gangguan tak terduga, seperti layang-layang, yang menjadi tantangan unik dalam operasional kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara