TERASJABAR.ID – Yoane Wissa akhirnya mewujudkan impiannya bermain di Liga Primer bersama Newcastle United, meski perjalanannya penuh rintangan.
Pada Juli 2021, sebulan sebelum pindah dari Lorient ke Brentford, ia mengalami peristiwa tragis.
Di rumahnya, ia diserang dan wajahnya disiram asam.
Serangan itu nyaris menghilangkan penglihatannya serta mengancam kariernya.
Pelaku kemudian dijatuhi hukuman 18 tahun penjara.
Peristiwa traumatis tersebut justru menumbuhkan tekad Wissa untuk terus maju.
BACA JUGA: Laga Berat Brentford, Hadapi Chelsea yang Tengah On Fire
Pelatih Lorient kala itu, Christophe Pelissier, mengenang bagaimana sang penyerang menunjukkan keinginan kuat untuk bangkit meski baru saja melewati masa sulit.
Tekad itulah yang membawanya dari tribun kecil di Chambly ke panggung besar Liga Champions, usai menyelesaikan transfer senilai £55 juta ke Newcastle.
Mantan rekan setimnya, Pierre-Yves Hamel, menyebut sikap pantang menyerah Wissa sebagai kunci perjalanannya.
Meski begitu, cara Wissa meninggalkan Brentford menuai kontroversi.
Ia sempat menghapus semua jejak klub di media sosial dan meminta manajemen menepati janji untuk melepasnya.
Tindakannya membuat sebagian penggemar kecewa, bahkan dianggap merusak warisannya di klub.
Penulis sekaligus fans Brentford, Ian Westbrook, menilai para pendukung biasanya menghormati pemain yang hengkang “dengan cara baik-baik” namun kasus Wissa berbeda.
Newcastle sendiri melihat tekad besar Wissa sebagai nilai tambah. Setelah gagal mendapatkan Hugo Ekitike, Benjamin Sesko, dan Joao Pedro, Eddie Howe memilih fokus mengejar striker RD Kongo itu.
Meski berusia 29 tahun, Wissa dianggap masih dalam masa produktif. Musim lalu, ia mencetak 19 gol non-penalti, –terbanyak di Liga Primer– dan dikenal piawai menusuk ke kotak penalti serta bekerja keras tanpa bola.
Kini, Wissa diproyeksikan menjadi tumpuan utama Newcastle di lini depan bersama Nick Woltemade, menggantikan peran Alexander Isak.-***