TERASJABAR.ID – Pestisida organik, yang juga dikenal sebagai pestisida nabati, merupakan bahan pengendali hama yang dibuat dari sumber alami seperti tanaman, hewan, maupun mikroorganisme.
Dibandingkan pestisida sintetis, jenis ini umumnya memiliki residu yang lebih mudah terurai di dalam tanah, sehingga kerap dianggap lebih ramah lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan.
Namun demikian, istilah “organik” tidak serta-merta berarti sepenuhnya aman.
Masih banyak anggapan keliru di masyarakat bahwa semua produk berlabel organik bebas risiko.
Pada kenyataannya, beberapa pestisida organik tetap memiliki potensi toksik jika digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai aturan.
Bahkan, dalam kondisi tertentu, residu yang ditinggalkan dapat setara atau melebihi pestisida kimia.
Karena itu, kebiasaan membersihkan bahan pangan menjadi langkah penting.
Sayur dan buah sebaiknya dicuci dengan air mengalir selama 30 detik hingga satu menit.
Penggunaan cairan khusus pencuci makanan juga dapat membantu mengurangi sisa residu pestisida yang menempel di permukaan.
Perlu dipahami pula bahwa makanan organik tidak selalu berarti bebas pestisida.
Dalam praktik pertanian organik, petani masih diperbolehkan menggunakan pestisida organik sesuai ketentuan yang berlaku.
Artinya, produk organik tetap berpotensi mengandung residu, meskipun berasal dari bahan alami.
Sejumlah penelitian juga menyebutkan bahwa manfaat kesehatan makanan organik belum sepenuhnya terbukti secara mutlak.
Faktor gaya hidup sehat konsumen sering kali turut memengaruhi hasil tersebut.
Meski begitu, memilih makanan organik tetap menjadi opsi yang baik selama kadar residu pestisidanya berada di bawah Batas Maksimum Residu yang ditetapkan pemerintah.
Apabila muncul keluhan kesehatan setelah mengonsumsi makanan yang diduga terpapar pestisida, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis agar mendapatkan penanganan yang tepat.-***










