Dalam lagu Stecu Stecu, istilah ini digunakan untuk menggambarkan seorang wanita yang bersikap cuek saat didekati pria yang menyukainya, sebagai cara untuk “jual mahal” atau menguji keseriusan
Menurut Faris Adam, inspirasi lagu ini datang dari dinamika percintaan anak muda, di mana gengsi dan sikap stecu sering menjadi bagian dari proses pendekatan (PDKT).
Dalam liriknya, pria yang jatuh cinta sejak pandangan pertama berusaha memahami sikap cuek wanita idamannya, sementara wanita tersebut akhirnya mengaku bahwa sikapnya hanyalah cara untuk melihat seberapa serius pria tersebut
- Kota Bandung Kehilangan 800 Ribu Wisman Akibat Bandara Husein Ditutup
- Syukuran Aqiqah Tetangga, Ratusan Warga di Pasirlangu Garut Alami Keracunan Massal
- Bupati Bandung Kang DS Gelar Retreat Ala Prabowo untuk Para Kepala OPD hingga Camat
- Belasan Pengurus Kadin Kota/Kab se-Jabar Geruduk Kadin Indonesia, Hasilnya Kesepakatan Muprov Kadin Jabar VIII Awal Oktober
- Bandung Bidik MICE, Farhan: Saatnya Pariwisata Punya Identitas Jelas
Makna Lagu dan Daya Tariknya
Stecu Stecu menceritakan kisah cinta yang manis namun penuh gengsi. Lirik seperti, “Pandang pertama lia nona langsung suka, nona salting stecu abis buang muka,” menggambarkan perasaan grogi dan malu-malu yang dirasakan saat bertemu seseorang yang disukai.
Bagian lain, seperti, “Aduh abang bukan maksudku begitu, masalah stecu bukan brarti tak mau,” menunjukkan bahwa sikap cuek itu hanyalah topeng untuk menjaga image, bukan penolakan.
Lagu ini berhasil menangkap esensi hubungan anak muda masa kini, di mana komunikasi sering kali dipenuhi dengan kode-kode dan permainan perasaan.
Selain itu, penggunaan dialek Indonesia Timur, seperti kata “nona” dan “sa mabuk,” memberikan sentuhan autentik yang memperkaya budaya musik Indonesia. Dialek ini juga membuat lagu terasa segar dan berbeda dari lagu pop pada umumnya