“Dengan begitu, kampus menjadi tempat lahirnya riset dan teknologi yang mampu mendorong efisiensi serta daya saing industri,” ujarnya.
Yassierli pun menjelaskan pendekatan 4P untuk peningkatan produktivitas yaitu People (SDM) dengan meningkatkan kompetensi dan daya adaptasi pekerja. Product (Produk) untuk mendorong kualitas dan nilai tambah produk nasional.
Selanjutnya Process (Proses) untuk mengoptimalkan alur produksi dan kerja agar lebih efisien. Terakhir, Policy (Kebijakan) untuk menghadirkan regulasi yang berbasis data, mendukung inovasi, dan melibatkan kolaborasi industri.
Kemnaker, kata Yassierli, terus menyiapkan ekosistem pendukung produktivitas melalui kolaborasi dengan berbagai lembaga nasional dan internasional yang berfokus pada isu produktivitas, seperti APO (Asian Productivity Organization) dan lembaga produktivitas di tingkat nasional.
Upaya ini mencakup penyiapan sumber daya, program intervensi peningkatan produktivitas, hingga dorongan sertifikasi kompetensi SDM.
Ia menambahkan bahwa setiap intervensi akan diukur secara pre dan post, sehingga dampak inovasi produktivitas dapat terlihat secara konkret dari sebelum dan setelah program diterapkan.
“Kami sudah berbicara dengan K/L lain, fokus penguatan produktivitas nanti akan diarahkan ke industri skala menengah, dan kita harap akan lahir banyak success story,” ungkapnya.
Yassierli juga memaparkan, pihaknya juga melakukan pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK) Kemnaker yang kini diperluas menjadi empat fungsi utama.















