Tapi yang paling absurd adalah ketika ia membeli jet pribadi Boeing Business Jet MAX 7 seharga Rp 1,5 triliun hanya dengan mengenakan kaus oblong. Di depan para eksekutif Boeing yang berdasi seperti tokoh antagonis sinetron, Haji Isam tampak seperti bapak-bapak yang habis beli minyak goreng.
Tapi di situlah kekuatan sejatinya, kemewahan baginya bukan soal tampilan, tapi soal dampak. Pesawat itu bukan gaya, tapi kendaraan kerja, mesin waktu yang membawanya dari dunia bawah ke langit bisnis.
Rumor bahwa ia hendak mengakuisisi PPP? Ah, tentu tidak. Ia bukan politisi. Ia adalah arsitek kekuatan diam, pendukung partai, bukan penunggangnya. Lebih suka bekerja di balik layar, menyiram bibit harapan politik dari luar panggung. Ketika tokoh lain berebut kursi, Haji Isam sudah memesan ruang kabin Boeing.
Ketika ikam merasa hidupmu stagnan, terjebak pada rutinitas repost story dan gaji UMR, ingatlah bahwa ada seseorang yang pernah jadi tukang ojek di ujung Kalimantan, dan sekarang menerbangkan bisnisnya melintasi langit Nusantara. Hidup memang keras. Tapi kalau kamu cukup nekat, cukup kotor, cukup sabar, dan cukup ngopi, maka dunia pun akan membuka pintu hanggar untukmu.
Ingatlah, wak! Bila ikam cukup nekat, cukup gila, dan cukup sabar… bukan tidak mungkin kamu juga bisa beli Boeing hanya dengan kaus oblong.***