Masih dalam pidatonya, Qodari mengingatkan kembali ihwal hakikat tugas dan fungsi KSP. “Khusus dari Seskab Pak Teddy, saya dapat pesan agar KSP membantu komunikasi program-program pemerintah, keberhasilan pemerintah,” kata lelaki kelahiran Palembang, 15 Oktober 1973, itu.
Karenanya, Qodari juga menekankan pentingnya penguatan media sebagai unsur penopang komunikasi. Kebijakan publik adalah hulu dan komunikasi sebagai hilirnya. Kebijakan publik tidak akan berjalan tanpa ada komunikasi publik.
“Kalau di hulu enggak punya kebijakan publik yang bagus, enggak mungkin komunikasinya bagus. Jadi ini satu kesatuan,” tegas peraih master political behaviour dari University of Essex, Inggris, itu.
Pria yang kerap disapa Mr Q itu menekankan bahwa spirit “no guts no glory” cocok dan relevan. Ia mengajak segenap “pasukan” KSP bernyali besar untuk kejayaan KSP. “Kita tidak boleh kendor menarasikan program-program unggulan dan program program prioritas Presiden,” tambahnya.
Narasi itu harus terus dibangun baik dalam tulisan maupun tindakan. “Tugas kita tidak hanya mengevaluasi, tapi kita dukung teman-teman di Badan Komunikasi Pemerintah, Komdigi, Kementerian/Lembaga untuk lantang mengomunikasikan visi misi dan program pak Prabowo,” tegasnya.
Nama Muhammad Qodari dikenal luas sebagai peneliti, pengamat politik, pemimpin lembaga survey, narasumber di berbagai seminar dan televisi, dan kolumnis yang produktif. Ia terbilang sosok perantau yang sukses.
Qodari mengilas-balik perjuangannya “menyapa kejamnya ibu kota”. Termasuk saat meninggalkan kota Lampung (Qodari lulusan SMA 2 Tanjung Karang, Lampung 1992) dengan tujuan Cililitan, Jakarta Timur. Untuk diketahui, terminal ini berada di utara Kota Bandar Lampung tepatnya di Jalan Zainal Abidin Pagaralam, Rajabasa yang berseberangan dengan pertigaan ke arah Universitas Lampung. Terminal ini menghubungkan Bandar Lampung dengan kota-kota di Sumatra, Jawa, Bali dan Lombok.
“Saya datang sendiri. Naik angkutan sendiri. Bawa koper sendiri…. Turun di terminal Cililitan. Waktu itu masih terminal, belum jadi mall seperti sekarang. Dari Cililitan naik mikrolet ke Pasar Minggu. Dari Pasar Minggu naik bus mini Kopaja ke Depok untuk meneruskan kuliah ke Universitas Indonesia,” kenangnya.