TERASJABAR.ID – Kita semua pasti pernah atau sering ngomong, “Aduh, in this economy?” tiap lihat harga makanan naik, cicilan nambah, atau uang jajan tinggal receh. Tapi lima menit kemudian checkout skincare, kopi 30 ribuan, atau beli barang yang sebenernya ga terlalu dibutuhin justru jalan terus.
Jadi sebenernya, kita ini krisis ekonomi… atau krisis kendali?
“In this economy?” jadi frasa populer yang dipakai buat ngeluh soal naiknya harga, UMR stagnan, atau cicilan hidup yang makin nambah tiap bulan. Tapi anehnya, barengan sama itu, tren belanja impulsif juga ikut naik.
In this economy, kata-kata “aku butuh healing” sering banget dijadikan pembenaran buat self reward harian. Beli sheet mask, jajan boba, atau sekadar scrolling dan checkout barang lucu jadi pelampiasan dari stres. Tapi kalau self reward berubah jadi rutinitas harian, apa masih bisa dibilang treat?
Bahkan kadang ada yang menggunakan self reward padahal cuman FOMO doang. Dilema antara “butuh” dan “ingin” makin kabur, karena semua rasa capek seolah bisa ditebus dengan belanja impulsif.
Capek? Beli kopi. Stres? Checkout. Patah hati? Liburan. Nggak ada yang salah, tapi ketika “self reward” berubah jadi “self sabotage”, yang jadi korban akhirnya bukan cuma saldo—tapi juga mental jangka panjang.
In this economy, kita juga dicekoki gaya hidup serba estetik lewat media sosial. Timeline penuh video room tour minimalis, skincare haul, dan daily routine ala “clean girl aesthetic”. Kita jadi ke-trigger ikut hidup cantik meski dompet bopeng. Hidup damai jadi mahal, tapi gaya hidup tetap harus estetik… katanya.
In this economy, justru yang paling langka adalah orang yang bisa ngerem dan bilang, “Nggak, aku nggak butuh ini sekarang.” Self reward tetap penting, tapi bukan alasan buat sabotase finansial sendiri. Boleh sayang diri, tapi harus tetap waras dompet.
Boleh kok self reward. Kita semua manusia, kita butuh itu. Tapi in this economy, yang lebih dibutuhin bukan treat tiap hari, tapi kebiasaan sehat buat jangka panjang. Karena yang keren itu bukan yang tiap hari belanja, tapi yang tahu kapan harus tahan.***