Soeharto pantas dikenang sebagai tokoh besar sejarah, tetapi belum tentu pahlawan nasional. Bangsa yang sehat adalah bangsa yang menghormati jasa tanpa menutup mata terhadap dosa. Pahlawan sejati bukanlah mereka yang paling berkuasa, tetapi mereka yang paling berani mempertahankan kebenaran tanpa menindas sesamanya. Sampai bangsa ini mampu berdamai dengan masa lalunya, pertanyaan itu akan tetap bergema di hati rakyat: Apakah kita ingin menulis sejarah dengan kebesaran pembangunan, atau dengan kemuliaan nurani?
Kepahlawanan bukan hanya tentang membangun gedung dan jalan, tetapi tentang membangun nurani dan keadilan. Soeharto adalah figur besar yang berjasa besar, namun sejarah juga mencatat bahwa kekuasaannya menimbulkan luka panjang bagi demokrasi Indonesia. Dari sini tampak Soeharto belum memenuhi kriteria moral dan kemanusiaan untuk dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Penghargaan kepahlawanan seharusnya tidak diberikan atas dasar nostalgia politik, tetapi atas dasar integritas moral yang tak ternoda oleh kekuasaan.***














