Menurut Iyus, Dedi harus berani mengaktifkan TPA Legok Nangka karena TPA Sarimukti sudah lama over load alias sudah tak mampu lagi menampung sampah kota Bandung dan sekitarnya. “Gubernur harus segera hadir mengatasi persoalan sampah ini. Ini persoalan besar di Jabar, jangan dibiarkan,” katanya.
Sejumlah pedagang mengaku miris menyaksikan kondisi pasar yang semerawut oleh tumpukan sampah di berbagai tempat sehingga mengganggu aktivitas perdagangan.
Pengamat lingkungan yang juga Ketua PUI MSWRG Polban Bandung Dr Ir Sapto Prayogo, M.Si mengatakan bahwa pesoalan sampah ini adalah masalah pelayanan bagi masyarakat perkotaan. Jadi, kata dia, pelayanan persampahan adalah kebutuhan primer yang seharusnya nggak ada masalah, kalau pemerintah melihat ini sebagai bagian dari layanan penyelenggara pemerintahan.
Di kawasan dunia manapun, sampah adalah konsep layanan. Sayangnya di Indonesia jadi ruwet, padahal permsalaannya adalah aspek layanan yang tidak pas. “Di Kita terlalu mendahulukan aspek teknologi sedangkan masalah non teknisnya diabaikan,” latanya.
Sapto setuju jika ada usulan Gubernur Jabar harus turun tangan. “Saya juga ingin menyampakan pendapat kepada gubernur terkait persoalan sampah ini,” katanya.
PEDAGANG MIRIS
Sejumlah pedagang mengatakan bahwa kondisi persampahan yang krodit sudah cukup lama terjadi. Mereka sudah mengadukannya kepada pengelola, juga kepada pemerintah. “Kami miris melihat kondisi pasar yang bau karena sampah. Pembeli pun mengeluhkan kondisi ini dan mereka akhirnya enggan untuk berbelanja,” kata Dedi.
Menurut Dedi, keenganan para pelnggan yang suah langgananya untuk berbelanja ke kios dagangannya jelas merugikan. “Ada pelanggan saya yang mengeluhkan selain bau sampah juga kondisi pasar sendiri sehingga kalau belanja membawa mobil, pulangnya harus mencuci mobil yang kotor karena lumpur,” katanya.