Towel secara terbuka mengkritisi taktik yang digunakan, terutama ketergantungan berlebihan pada satu strategi yang dianggapnya sebagai tanda keputusasaan. “Saya kritisi cara main. Harus menang betul. Cuma jika selalu mengandalkan lemparan ke dalam itu tanda tidak punya akal dan cara. Berapa kali Robi Darwis lakukan itu? Saya pun tak tahu Robi Darwis main di bek kiri atau central? Ada kebingungan di Indra Syafri.”
Pernyataan Zainuddin Amali yang memuji Indra Syafri sebagai pelatih bertangan dingin dan mengedepankan sports science dibantah pun dipertanyakan. “Lalu Zainuddin Amali bilang Indra pelatih bagus, bertangan dingin, pendekatan sports science, bla.. bla sehingga target emas. Tapi itu semua hanya omong kosong. Saya pertanyakan pernyataan itu. Argumentasi Zainuddin Amali tidak ada satupun yang benar soal sepakbola.”
Towel menilai pemilihan Indra Syafri bukan didasarkan pada mekanisme yang benar atau kompetensi, melainkan karena adanya faksi dan favoritisme di tubuh Timnas SEA Games 2025.”Timnas SEA GAmes 2025 itu faksinya Zainuddin Amali sementara Amali tidak punya ruang lingkup sepakbola. Dia memilih Indra Syafri karena favoritisme saja, sementara banyak pelatih lainnya yang bagus yang sudah lisensi pro. Tapi kenapa Indra Syafri terus.”
Ia bahkan menyinggung perpecahan faksi pasca-kegagalan Piala Dunia dan menegaskan Timnas U-22 berada di bawah faksi Amali, yang menyebabkan keputusan pemilihan pelatih menjadi bias. Menutup pernyataannya, Tommy Welly menegaskan bahwa sebagai untuk Timnas U22 SEA Games 2025 ini, Zainuddin Amali tidak bisa lepas tangan dari hasil buruk ini. “Jadi sebagai PIC untuk timnas ini adalah Amali maka ia harus tanggung jawab,” pungkasnya.***
















