Dampak Kerusakan: Ketika Alam Memberi Peringatan
Kerusakan lingkungan di kawasan lereng Gunung Ciremai bukanlah sekadar isu ekologis, melainkan juga peringatan akan konsekuensi dari ketidakseimbangan antara manusia dan alam. Tanah longsor, banjir, dan kekeringan adalah manifestasi nyata dari alam yang “memberi peringatan” atas perilaku manusia yang tidak bijak.
Bencana longsor yang terjadi di kawasan wisata Lembah Cilengkrang pada pertengahan Mei 2025, misalnya, menyebabkan aliran air warga menjadi keruh dan memutus jalur akses. Aliran sungai yang airnya menjadi tumpuan kehidupan untuk beberapa desa, terdampak sangat signifikan dan berdampak pula bagi kebutuhan air warga desa.
Faktor utama penyebabnya bukan hanya curah hujan tinggi, tetapi juga aktivitas pembangunan yang masif tanpa memperhatikan aspek ekologis. Pembangunan hotel, restoran dan objek wisata di lereng Gunung Ciremai, yang berkembang sangat pesat membutuhkan sikap bijak dan tidak semata mata pada kepentingan bisnis jangka pendek.
Dampak bencana ekologis yang lebih besar menunggu di depan mata, jika kita mengabaikan peringatan alam yang saat ini telah menjadi pembicaraan hangat oleh warga Kuningan Jawa Barat, terutama di kalangan warga Desa Sukamukti, Pajambon dan Gandasoli serta kawasan lainnya yang terdampak bencana longsor dari lokasi bukit di bawah kawasan Arunika hingga kawasan lembah Cilengkrang secara signifikan.