Menuju Kesadaran Kolektif: Menata Ulang Hubungan dengan Alam
Menghadapi kenyataan ini, diperlukan kesadaran kolektif untuk menata ulang hubungan manusia dengan alam, khususnya dalam konteks tata ruang kawasan lereng Gunung Ciremai. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi:
- Revitalisasi Nilai Kearifan Lokal: Mengintegrasikan konsep-konsep tradisional seperti Tri Mandala dan Tritangtu dalam perencanaan tata ruang modern, sehingga pembangunan dapat selaras dengan nilai-nilai spiritual dan ekologis.
- Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, agar pembangunan mencerminkan kebutuhan dan aspirasi komunitas serta menjaga kelestarian lingkungan.
- Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem melalui pendidikan dan kampanye kesadaran lingkungan. Kurikulum Ciremai harus menjadi prioritas pendidikan di sekolah.
- Penegakan Hukum dan Regulasi: Menerapkan dan menegakkan peraturan yang mengatur penggunaan lahan dan pembangunan di kawasan lereng gunung, untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut.
Penutup: Merawat Gunung, Merawat Kehidupan
Gunung Ciremai adalah simbol kehidupan yang harus dijaga dan dirawat dengan penuh tanggung jawab. Menjaga kawasan lereng gunung secara adil dan bertanggung jawab bukan hanya tentang konservasi alam, tetapi juga tentang menjaga warisan budaya, spiritualitas, dan keberlanjutan kehidupan bagi generasi mendatang.
Sudah saatnya kita merenung dan bertindak, menjadikan filosofi tata ruang tradisional sebagai landasan dalam merancang masa depan yang harmonis antara manusia dan alam. Dengan demikian, kita tidak hanya mencegah bencana, tetapi juga membangun peradaban yang berakar pada kebijaksanaan dan keseimbangan, tutup pemilik Bumi Seni Tarikolot di Sukamukti, Kecamatan Kramatmulya, Kuningan.***