Peran Masyarakat dan Gerakan Solidaritas
Kesetiakawanan sosial menemukan wujud nyatanya melalui peran aktif masyarakat, relawan, organisasi sosial, dan lembaga keagamaan. Gerakan solidaritas ini menjadi kekuatan penting dalam menjangkau korban bencana, terutama di wilayah yang sulit diakses. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat sipil perlu terus diperkuat agar penanganan bencana tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga berorientasi pada penguatan ketahanan sosial komunitas.
Perempuan, Ibu, dan Pemulihan Pascabencana
Perempuan dan ibu seringkali menjadi kelompok yang paling terdampak dalam situasi bencana, namun sekaligus menjadi aktor utama dalam proses pemulihan keluarga dan komunitas. Peran ibu dalam menjaga keberlangsungan kehidupan keluarga, memberikan dukungan emosional, serta menanamkan nilai ketahanan dan harapan sangatlah vital. Oleh karena itu, kebijakan kebencanaan harus berperspektif gender, inklusif, dan memberikan ruang partisipasi yang lebih besar bagi perempuan dalam proses pemulihan pascabencana.
Rekomendasi Kebijakan dan Agenda Aksi
Ke depan, diperlukan penguatan perlindungan sosial berbasis keluarga, integrasi kebijakan kebencanaan dengan sistem kesejahteraan sosial, serta pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan. Partisipasi dunia usaha, organisasi sosial, dan komunitas lokal perlu didorong melalui skema kolaborasi yang berkelanjutan. Selain itu, edukasi dan mitigasi bencana berbasis komunitas harus menjadi agenda prioritas guna meminimalkan risiko dan dampak bencana di masa mendatang.
Penutup
Peringatan HKSN dan Hari Ibu 2025 harus dimaknai sebagai momentum kebangkitan kesadaran kolektif bangsa dalam memperkuat kesetiakawanan sosial. Dengan kehadiran negara yang berpihak pada korban, partisipasi aktif masyarakat, serta penguatan peran perempuan
dan ibu, Indonesia dapat bangkit dari bencana secara bermartabat, adil, dan berkelanjutan. ***
















