“Saya kenal beliau, orangnya sangat ulet, konsisten dan memiliki komitmen tinggi terhadap kewajiban atau tugas yang diembanya,” katanya.
Ketika masih jadi wartawan, Naniek Deyang yang mewakili harian Surya di Persda (Gabungan Koran koran daerah di bawah kelompok Kompas Gramedia) di Jakarta, dia bertugas di bidang ekonomi. Berita berita yang dia bikin selalu menempati berita utama di koran koran daerah termasuk yang diwakilinya yakni Harian Surya.
“Dia pewarta ekonomi yang handal, berita beritanya selalu update sehingga tidak kalah oleh media media lain,” kata Tatang, yang mengaku sewaktu sama sama satu kantor di Jalan Palmerah Barat, ditugaskan menjadi wartawan olahraga.
Wanita kelahiran Madiun, Jawa Timur pada 3 Januari 1968, ini menurut Tatang, adalah wartawan yang menonjol diantara teman-temanya. “Ketika kami masih ke lapangan menggunakan sepeda motor inventaris kantor, Mbak Deyang sudah naik mobil Suzuki Jimny warna putih. Dia ke lapangan sudah wara wiri dengan menggunakan mobil,” ujarnya.
Sejak mundur dari Kompas Gramedia dan membikin media sendiri bersama jurnalis senior dari Kompas (waktu itu) Valens Doy, nama Deyang makin berkibar. Sejumlah jabatan dipegangnya seperti menjadi Pemimpin Umum di percetakan majalah khusus “Femme”, Direktur Utama di tabloid wanita “Info Kecantikan”, dan Komisaris di tabloid “Info Kuliner”, tabloid ekonomi bisnis “Peluang Usaha”, serta tabloid umum “The Politic”.
Sebagai jurnalis, ia pun memiliki reputasi yang kritis terhadap berbagai isu sosial, politik, dan ekonomi. Naniek Deyang rajin menulis yang berisi tulisan yang mengkritisi berbagai soal pemerintahan, social dan politik.
Tiba tiba beberapa tahun ke belakang namanya tidak lagi menghiasi boks redaksi media. Ketika ditanya, Naniek Deyang menjawab dia tidak aktif lagi di media maupun dunia politik. Belakanga diketahui, Deyang memilih jalur social dengan menjadi Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), yayasan yang didirikan oleh Prabowo.
Yayasan tersebut bergerak dalam bidang kepedulian terhadap anak-anak, perempuan, hingga masyarakat miskin.
MENJADI TIM PEMENANGAN PRABOWO
Sejak Prabowo maju menjadi calon presiden tahun 2014, Naniek Deyang masuk menjadi tim pemenangan bersama dengan wartawan senior lain seperti Budi Purnomo dsb.
“Saya pun sempat masuk tim pemenangan Prabowo di tahun itu, tetapi beda tim. Saya berada di tim lain dibawah pimpinan Bu Yani (almarhum),” kata Tatang.
Meski akhirnya kalah dalam Pilpres, Deyang tidak serta merta meninggalkan Prabowo. Dia konsisten berada di belakangnya. Tahun 2019, Deyang tercatat menjadi Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Koalisi Adil Makmur. Selamat buat Mba Deyang. ****