Menkes juga mengungkapkan, secara nasional, masalah gigi dan anemia pada remaja putri menjadi temuan terbanyak dalam pelaksanaan CKG. Anemia, khususnya pada perempuan, berisiko memicu komplikasi saat kehamilan dan bahkan menyebabkan stunting pada generasi berikutnya.
Sedangkan untuk gangguan mata, Budi menyoroti meningkatnya kasus akibat penggunaan gawai berlebihan.
“Preventifnya ya kurangi lihat HP. Sekarang anak-anak terbiasa melihat dekat, padahal mata juga perlu melihat jauh. Harus seimbang,” katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya kunjungan rutin ke puskesmas terutama untuk pemeriksaan dan penanganan masalah gigi. Gangguan seperti karang gigi dan gigi berlubang tidak hanya mengganggu makan, tapi juga dapat menyebabkan infeksi serius yang menyebar ke organ lain.
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, yang turut hadir dalam peluncuran, menyambut baik program nasional ini dan menegaskan bahwa hasil data pemeriksaan akan menjadi basis kebijakan lintas sektor.
“Data ini akan dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan, lalu diteruskan ke Dinas Pendidikan, Dispora, Dinsos, dan DP3A. Semua harus terlibat,” ucap Farhan.
Ia juga mencontohkan, olahraga seperti bulu tangkis bisa menjadi strategi untuk mengurangi ketergantungan anak pada gadget sekaligus meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan mata.
“Ini bagian dari pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sekaligus menjawab tantangan terhadap 69 indikator pelayanan publik yang ditetapkan pemerintah,” lanjutnya.
Program CKG dipandang sebagai pintu masuk strategis dalam membentuk generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, dan tangguh, sebagai bagian dari visi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari sekolah, dinas teknis, hingga keluarga, program ini mempertegas bahwa kesehatan anak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya urusan sektor medis.***