Sementara itu, mantan Kadus 4 Desa Rancaekekwetan, Didin dan Sekretaris RW 09 Kampung Rancabatok, Iwan yang kebetulan pengelola bengkel di lokasi proyek drainase membenarkan kini banyak pengusaha menutup kios/tokonya.
“Bisa dimaklumi jika banyak pengusaha menutup kios/tokonya. Pasalnya, jembatan yang sudah dibongkar ditinggal begitu saja sehingga kumuh. Jembatan darurat pun tak bisa membantu,” kata Didin.
Hingga saat ini kata Didin, warga terdampak proyek drainase yang mangkrak resah, kapan proyek dilanjutkan.
“Ada info tapi belum pasti, proyek drainase akan dilanjutkan September mendatang. Warga meminta kelanjutan proyek segera jangan sampai September,” ungkap Didin.
Hal senada dilontarkan Iwan, Sekretaris RW 09 yang berharap proyek drainese yang mangkrak segera dilanjutkan.
“Di lokasi proyek drainase mangkrak ada sekitar 40 pungusaha, termasuk saya yang mengelola bengkel motor kini terpuruk. Intinya warga terdampak meminta proyek drainase segera dilanjut.
Sebelumnya, anggota DPRD Kabupaten Bandung, Cecep Suhendar asal dapil Rancaekek yang pernah mengecek lokasi proyek normalisasi draine tersebut mengatakan proyek drainase akan dilanjut menunggu anggaran APBD perubahan.
Berdasarkan pantauan di lapangan, memang di lokasi proyek drainase kini kian kumuh pasca pembongkaran oleh dinas terkait Pemkab Bandung.
Selain, air di drainase alirannya tersendat dan jembatan-jembatan darurat mulai rusak, sejumlah spanduk serta poster keluh kesah warga masih terpasang di beberapa titik.***