Penanganan dan Kondisi Korban
Seluruh korban mendapat penanganan cepat di puskesmas terdekat dan Rumah Sakit Salamun. Beruntung, tidak ada korban yang memerlukan rawat inap; sebagian besar menjalani pengobatan jalan atau pemulihan di rumah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian, memastikan kondisi siswa berangsur membaik per Kamis, 1 Mei 2025. Pihak sekolah berkoordinasi dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memantau korban dan menindaklanjuti insiden.
Investigasi dan Dugaan Penyebab
Dinas Kesehatan Kota Bandung langsung mengambil sampel makanan untuk diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat. Hasil uji diperkirakan keluar dalam 10-14 hari karena pemeriksaan meliputi bakteri dan faktor lain. Dugaan sementara, makaroni basi menjadi penyebab utama, didukung oleh laporan bau asam dan ketidaklayakan makanan. Camat Coblong, Krinda, menyebut makanan hanya bertahan sekitar empat jam setelah dimasak, sehingga pengawasan ketat pada proses masak hingga distribusi diperlukan.
Anhar Hadian menjelaskan, SPPG Dipati Ukur juga mendistribusikan MBG ke SD 24, SD 189, dan SMA 19 pada hari yang sama. Siswa SD yang mengonsumsi pada pukul 09.00 WIB tidak melaporkan masalah karena makanan masih segar. Namun, siswa SMPN 35 yang makan pada pukul 11.00 WIB terdampak, dan siswa SMA 19 yang dijadwalkan makan pukul 13.30 WIB tidak mengonsumsi karena sudah mencium bau tidak sedap.