TERASJABAR.ID – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menegaskan pengembangan sains dan teknologi di Indonesia harus bergeser dari sekadar pencapaian angka-angka menuju kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.
Hal ini disampaikan dalam acara “REPORTOAR 2025: Refleksi dan Arah Pengembangan Sains dan Teknologi” yang diselenggarakan di Graha Kemdiktisaintek.
Mendiktisaintek menekankan melalui Program Semesta, kementerian ingin membangun paradigma baru dimana teknologi tidak lagi berjarak dari kehidupan sehari-hari.
“Sains tidak boleh eksklusif, teknologi harus dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan pengetahuan tidak boleh tumbuh meninggalkan masyarakat,” ujarnya, dikutip laman Kemdiktisaintek.
Selain itu, ia juga menyoroti tantangan besar dalam hilirisasi riset, yaitu Death Valley atau “Lembah Kematian” inovasi. Brian mendorong agar prototipe hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi bertransformasi menjadi produk komersial untuk menekan ketergantungan impor.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Sains dan Teknologi (Dirjen Saintek), Ahmad Najib Burhani melaporkan bahwa kolaborasi strategis antara Kemdiktisaintek, LPDP, dan Harian Kompas telah membuahkan hasil nyata.
Sebanyak 137 poster dan produk inovasi dari Program Semesta mencakup skema In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Berdikari dipamerkan sebagai bukti kedaulatan berpikir bangsa.

















