Orang tua lainnya, DI (40), menceritakan bahwa anaknya mulai merasa mual dan pusing setelah pulang sekolah. “Awalnya saya kira masuk angin, tapi ternyata di grup WhatsApp orang tua ramai yang melaporkan hal serupa,” ungkap DI. Ia langsung membawa anaknya ke rumah sakit atas rekomendasi pihak sekolah dan menemukan sekitar 10 siswa lain dengan keluhan yang sama.
Investigasi dan Penetapan Status KLB
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk menangani kasus ini secara terpusat. Kepala Dinas Kesehatan, Yusman Faisal, menyatakan bahwa tim medis telah melakukan asesmen menyeluruh. Sampel makanan dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Limbangansari dan muntahan korban telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat untuk diuji. “Kami memastikan semua pasien ditangani hingga pulih,” ujar Yusman pada 22 April 2025.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Frida Laila Yahya, menjelaskan bahwa penyebab pasti keracunan belum diketahui. “Kami masih menelusuri karena semua siswa, sekitar 800 orang, menyantap MBG hari itu,” katanya. Frida juga mengimbau puskesmas untuk mendata pasien dengan gejala serupa guna memastikan jumlah korban.
Program MBG di Cianjur Masih Uji Coba
Sekretaris DPC Partai Gerindra Kabupaten Cianjur, Hendri Juanda, mengungkapkan bahwa program MBG di Cianjur belum diluncurkan secara resmi dan masih dalam tahap uji coba oleh pihak swasta. “Ini masih inisiatif perorangan dengan permodalan sendiri,” ujar Hendri. Ia meminta semua pihak untuk mengevaluasi pelaksanaan program ini agar tidak ada kendala saat resmi diluncurkan.
Bupati Cianjur, Mohammad Wahyu Ferdian, yang mengunjungi korban di RSUD Sayang pada Senin malam, menyampaikan keprihatinannya. “Sedih dan kaget. Anak-anak kita harusnya sekolah, malah dapat musibah seperti ini,” ungkapnya. Ia memastikan tim medis menangani para korban secara intensif.