Video yang beredar di media sosial menunjukkan mobil tersebut melaju di tengah kerumunan, melemparkan orang-orang ke udara, sebelum akhirnya berhenti. Beberapa pendukung yang marah terlihat berusaha menyerang mobil, memukuli jendela, dan berupaya menghentikan pengemudi. Layanan darurat, termasuk polisi, ambulans, pemadam kebakaran, dan helikopter medis, tiba dalam hitungan menit untuk menangani situasi. Water Street segera ditutup, dan tenda darurat didirikan untuk merawat korban.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menyebut kejadian ini “mengerikan” dan menyampaikan simpati kepada para korban. “Pikiran saya bersama semua yang terluka atau terdampak. Saya berterima kasih kepada polisi dan layanan darurat atas respons cepat mereka,” ujar Starmer, seraya meminta masyarakat memberikan ruang bagi polisi untuk menyelidiki. Liverpool FC juga merilis pernyataan resmi, menyatakan bahwa mereka tengah berkoordinasi dengan Merseyside Police dan menyampaikan doa untuk para korban.
Insiden ini mencoreng hari bersejarah bagi Liverpool, yang terakhir kali menggelar parade juara pada 2019 setelah memenangkan Liga Champions. Kemenangan liga sebelumnya pada 2020 tidak dapat dirayakan secara terbuka karena pandemi COVID-19.
Tragedi ini juga mengingatkan pada sejarah kelam klub, seperti bencana Hillsborough 1989 yang menewaskan 97 penggemar, dan menambah daftar duka akibat insiden massa yang melibatkan pendukung sepak bola.
Kejadian ini memicu diskusi tentang keamanan acara massa, terutama di tengah euforia parade olahraga. Banyak pihak mempertanyakan bagaimana sebuah mobil dapat masuk ke area yang seharusnya sudah steril dari kendaraan pasca-parade.
Beberapa pendukung menyoroti kurangnya rambu-rambu yang jelas dan pengaturan massa yang terkesan kewalahan menghadapi ratusan ribu orang. Hingga berita ini ditulis, polisi masih melanjutkan penyelidikan untuk memastikan tidak ada lagi pelaku yang terlibat, sambil mengimbau masyarakat untuk melaporkan informasi penting secara langsung kepada pihak berwenang.