Penggunaan aspal, lanjut Didi, memberikan tekstur permukaan yang lebih empuk dan aman, baik bagi pelari rekreasional maupun pengguna kursi roda.
Model ini diharapkan menjadi acuan pembangunan trotoar masa depan di Kota Bandung, terutama di kawasan yang memiliki fungsi ruang terbuka aktif.
“Ini bukan hanya soal jogging. Yang utama adalah tetap ramah disabilitas. Jadi selain desainnya memperhatikan guiding block, ramp, dan akses lainnya, kita juga ingin trotoar ini nyaman untuk semua kalangan. Apalagi bentuknya looping, cocok untuk warga yang ingin berolahraga ringan sambil menikmati suasana taman,” tambahnya.
Trotoar yang sedang dibangun ini memiliki panjang sekitar 800 meter, membentang mengelilingi kawasan Taman Lalu Lintas.
Lebar trotoar bervariasi mengikuti lebar ruang dan struktur eksisting di lapangan, dengan penyesuaian agar tetap aman, representatif, dan tidak menyalahi aturan lalu lintas.