Pandangan Pengamat dan APPI
Pengamat sepak bola Rasiman turut mengkritik usulan ini. Ia menyebut alasan finansial PT LIB, seperti harga pemain lokal yang mahal, sebagai “justifikasi absurd”. Menurutnya, solusi seharusnya terletak pada pembinaan pemain lokal berkualitas, bukan sekadar menambah kuota asing. Rasiman juga mempertanyakan efektivitas kebijakan ini, mengingat banyak klub masih bergantung pada pemain asing dengan kontribusi minim di lapangan.
Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) juga menyuarakan keprihatinan. APPI menyoroti data tunggakan gaji pemain asing yang meningkat sejak kuota asing diperluas pada musim sebelumnya. “Penambahan kuota asing sebelumnya justru memicu masalah baru, seperti tunggakan gaji dan kontrak bermasalah. Kami minta PT LIB dan PSSI melakukan kajian mendalam sebelum memutuskan,” ujar perwakilan APPI. Mereka khawatir kebijakan ini akan memperburuk kondisi finansial klub, terutama yang memiliki manajemen kurang profesional.
Suara Pendukung
Meski banyak kritik, ada pula yang mendukung usulan ini. Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak, misalnya, berpendapat bahwa penambahan pemain asing dapat meningkatkan intensitas persaingan di Liga 1. “Pemain lokal akan terpacu untuk bersaing dengan pemain asing berkualitas. Ini juga peluang mereka belajar dari pengalaman internasional,” katanya. Hodak percaya, dengan regulasi yang tepat, kuota asing dapat menjadi katalis untuk memajukan sepak bola Indonesia.
Dilema Pemain Lokal
Salah satu kekhawatiran utama adalah terbatasnya ruang bagi pemain lokal, terutama talenta muda. Dengan 8 pemain asing berpotensi mengisi starting XI, peluang pemain lokal untuk bermain reguler semakin kecil. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat regenerasi pemain untuk tim nasional Indonesia, yang saat ini sedang menunjukkan perkembangan positif di bawah asuhan pelatih Shin Tae-yong. Banyak netizen menyinggung pentingnya keseimbangan antara daya saing klub dan pembinaan pemain lokal untuk jangka panjang.