TERASJABAR.ID – Ratusan siswa SMKN 2 Surakarta gagal mendaftar kuliah jalur prestasi atau Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) karena kelalaian pihak sekolah dan ada warganet yang menjadi detektik membocorkan kalau guru-gurunya terlalu banyak membuat konten joget-joget di TikTok.
Pihak sekolah atau guru SMKN 2 Surakarta telat mengisis data para siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) lah yang membuat para siswa tak bisa daftar SNBP.
Tak terima, orang tua murid SMKN 2 Surakarta menggelar protes dan pihak sekolah.
Usai menggelar protes pihak sekolah dan wali murid bertemu dalam forum bermediasi. Salah satu kesepakatan yang menjadi solusi adalah sekolah menyediakan mentor atau pendamping khusus untuk siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi SNBT.
Namun ada rumor terbaru yang dibagikan oleh akun X @PartaiSocmed.
Akun tersebut membagikan potongan-potongan video dari guru SMKN 2 Surakarta yang sedang membuat konten joget-joget.
Dengan caption dalam video “sibuk ngonten ya (kata muridnya) Jadi kepo nama akunnya” keterangan dalam video.
- Hujan Deras Disertai Angin Kencang di Bogor, Bangunan SMKN 1 Gunung Putri Ambruk, 44 Siswa Luka
- Juventus Dapat Suntikan Tenaga Baru, Yildiz Siap Kembali ke Skuad Utama
- Barcelona Incar Harry Kane untuk Musim Panas 2026, Gaji Tinggi Jadi Kendala
- Bayer Leverkusen Siap Bayar Mahal, Florian Wirtz Malah Pilih ke Inggris
- Sejumlah Motor Mogok Usai Isi BBM di Salah Satu SPBU Kota Tasikmalaya, Ini Ternyata Penyebabnya
Kemudian akun x tersebut membagikannya dengan caption yang harus menindak tegas perilaku guru yang seperti ini dan harus dibawa ke meja hijau.
“Gara2 sibuk ngonten akhirnya lupa input PDSS sehingga murid2nya yg eligible gagal SNBP. Bayangin masa depan anak2 pintar itu dirusak krn ulah kecentilan begini. Dipecat pun tidak cukup utk oknum2 guru semacam ini. Sebaiknya ortu siswa ambil langkah hukum!” katanya
Lalu ada warganet lainnya yang mengatakan kalau Pendidikan rusak bukan karena muridnya tetapi gurunya juga yang kurang.
“Pendidikan di Indonesia rusak bukan krn muridnya, justru murid itu korbannya. Tapiii yg bikin rusak sistem dan guru2nya yg kurang kompeten.”

















