Pada pertengahan Maret 2025, kabar bahwa semburan lumpur Lapindo telah berhenti mulai menyebar luas di media sosial. Video dan foto yang menunjukkan titik semburan tampak mengering, tanpa lumpur baru atau asap tebal seperti biasanya, menjadi bukti yang diunggah warganet.
Salah satu postingan di X menyebut, “Akhirnya setelah 19 tahun, lumpur Lapindo berhenti juga,” disertai tautan video yang memperlihatkan kondisi terkini.
Warga lokal seperti Sastro, mantan penduduk Desa Jatirejo, bahkan mengaku memeriksa langsung ke lokasi dan melaporkan bahwa semburan memang tampak melemah, meski asap putih masih terlihat.
- Kota Bandung Kehilangan 800 Ribu Wisman Akibat Bandara Husein Ditutup
- Syukuran Aqiqah Tetangga, Ratusan Warga di Pasirlangu Garut Alami Keracunan Massal
- Bupati Bandung Kang DS Gelar Retreat Ala Prabowo untuk Para Kepala OPD hingga Camat
- Belasan Pengurus Kadin Kota/Kab se-Jabar Geruduk Kadin Indonesia, Hasilnya Kesepakatan Muprov Kadin Jabar VIII Awal Oktober
- Bandung Bidik MICE, Farhan: Saatnya Pariwisata Punya Identitas Jelas
Pipa-pipa pembuangan lumpur di Desa Pajarakan dan Besuki, yang biasanya mengalirkan lumpur ke Sungai Porong, juga dilaporkan hanya mengeluarkan air jernih tanpa campuran lumpur. Hal ini memperkuat dugaan bahwa aktivitas semburan telah menurun drastis atau bahkan berhenti total.
Pakar Geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Dr. Ir. Amien Widodo, memberikan pandangannya terkait fenomena ini. Menurutnya, berhentinya semburan lumpur bisa terjadi jika tekanan gas di bawah tanah yang mendorong lumpur telah habis atau mengecil.
“Mungkin kalau gas di bawah habis, lama-lama akan berhenti. Kalau gasnya mengecil, nggak kuat ngangkat lumpur lagi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa ini bisa menjadi pertanda positif, meskipun tidak bisa dipastikan sepenuhnya tanpa penelitian lebih lanjut mengenai kondisi geologi di bawah permukaan.