Wilayah IKN Disebut Jadi Ladang Prostitusi, PSK Layani Hingga 10 Tamu Sehari
TERASJABAR.ID – Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang digadang-gadang sebagai proyek ambisius untuk memindahkan ibu kota Indonesia, kini dihadapkan pada isu sosial yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan laporan terbaru, wilayah IKN diduga menjadi “ladang subur” bagi praktik prostitusi, dengan pekerja seks komersial (PSK) yang melayani hingga 10 tamu dalam sehari. Fenomena ini menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat dan otoritas setempat.
Maraknya Prostitusi di Tengah Pembangunan IKN
Menurut investigasi yang dilakukan oleh Tribun Kaltim pada 7 Mei 2025, praktik prostitusi di wilayah IKN, khususnya di Kecamatan Sepaku, semakin marak seiring tingginya kehadiran pekerja proyek yang mayoritas laki-laki dari luar daerah.
Salah satu PSK yang ditemui di sebuah kafe di kawasan Sepaku mengungkapkan bahwa permintaan layanan mereka sangat tinggi. “Kadang bisa 10 orang sehari, capek sih, tapi duitnya juga lumayan,” ujarnya secara anonim, seperti dikutip dari Gelora News. Ia menambahkan bahwa sebagian besar kliennya adalah pekerja proyek yang merantau ke IKN untuk mencari nafkah.
Tarif layanan prostitusi di wilayah ini bervariasi, rata-rata berkisar antara Rp400.000 hingga Rp700.000 per kencan. Banyak dari layanan ini ditawarkan melalui platform digital dengan istilah “open BO” (booking online), menggunakan aplikasi seperti MiChat, WhatsApp, atau Telegram. Guest house di sekitar Desa Bumi Harapan menjadi salah satu lokasi utama aktivitas ini, dengan beberapa PSK bahkan secara terbuka mengirimkan lokasi penginapan kepada calon pelanggan
Kehadiran ribuan pekerja proyek, yang sering kali tinggal jauh dari keluarga, menjadi pendorong utama maraknya prostitusi di IKN.
Laporan menyebutkan bahwa PSK dari luar daerah, bahkan luar Kalimantan, berdatangan untuk memanfaatkan peluang ekonomi dari tingginya permintaan ini.
Fenomena ini tidak hanya menimbulkan dampak moral, tetapi juga memicu ketegangan sosial di kalangan masyarakat lokal. Pekerja lokal di IKN dikabarkan resah karena kehadiran PSK dari luar daerah memengaruhi dinamika sosial dan ekonomi di wilayah tersebut
Selain itu, praktik prostitusi ini sering kali disamarkan melalui kedok kafe, warung remang-remang, atau penginapan. Namun, razia yang dilakukan oleh otoritas setempat sering kali tidak membuahkan hasil jangka panjang karena pelaku cenderung berpindah tempat atau menggunakan cara baru untuk menghindari pengawasan